Fahri Hamzah Cemas Jika Daulat Partai Politik Menguat dalam Pemilu 2024
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah mengungkap kecemasannya terkait demokrasi.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
![Fahri Hamzah Cemas Jika Daulat Partai Politik Menguat dalam Pemilu 2024](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/wawancara-khusus-tribun-network-dengan-fahri-hamzah_20210603_193948.jpg)
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah mengungkap kecemasannya terkait demokrasi.
Ia cemas jika daulat partai politik kian menguat tapi di sisi lain terjadi pelemahan kedaulatan rakyat.
Hal ini disampaikan Fahri Hamzah dalam diskusi daring Gelora Talks bertajuk 'Pemilu 2024: Daulat Parpol vs Daulat Rakyat', Rabu (9/2/2022).
"Setidak-tidaknya kecemasan saya ini, adalah karena kecenderungan daulat partai politik yang menguat sekali, dan kecenderungan daulat rakyat yang melemah," kata Fahri.
Fahri menjelaskan kondisi partai politik hari ini banyak dikelola keluarga, segelintir orang, maupun penguasa tunggal.
Baca juga: Fahri Hamzah Sindir Politisi yang Takut Sama Ketua Umum dan Sekjen Parpol
Menurutnya situasi demikian mencemaskan karena partai politik yang sejatinya sebagai lembaga ilmu pengetahuan dan cikal bakal tulang punggung demokrasi justru mulai kehilangan jiwanya.
Maka bila kondisi Pemilu 2024 nantinya mengarah pada partai politik yang dikuasai segelintir orang, Fahri menyebut kecemasan masyarakat soal oligarki mengendalikan negara mulai menemukan kebenaran.
Baca juga: Fahri Hamzah Usul Fraksi DPR Dihapus: Legislatif Dibuat Tidak Berfungsi
"Karena partai politik sebagai lembaga ilmu pengetahuan hilang fungsinya, sebagai cikal bakal backbone demokrasi mulai kehilangan jiwanya. Kalau yang kita pilih nanti adalah tren menguatnya partai politik dikuasai segelintir orang, maka kecemasan bahwa oligarki ada di belakang ruang gelap yang mengatur negara ini saya kira menemukan kebenarannya," ungkap dia.
"Apabila kepemimpinan mulai tidak memahami bagaimana itu demokrasi dan cara kerjanya. Karena itu kalau mau menggantinya nanti ya dengan pemilu. Karena itu pertanyaannya adalah apakah pemilu 2024 akan memperbaiki demokrasi kita atau tidak?" katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.