Pemerintah Bantah Sepelekan Omicron, Epidemiolog Saran PPKM Lanjut Sampai Pandemi Covid-19 Tamat
Pemerintah bantah disebut menyepelekan omicron, sementara itu Epidemiolog sarankan PPKM lanjut sampai pandemi Covid-19 tamat.
Penulis: Theresia Felisiani
Meski demikian, angka perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit (RS) akan berhenti pada level 40-50 persen, jika dibandingkan dengan puncak Delta.
Baca juga: Polemik Formula E Tak Pernah Habis, Kali Ini Soal Penjualan Tiket Tapi Sirkuit Belum Ada
Mantan Dirut Bank Mandiri ini menuturkan, ada enam provinsi yang sudah melampaui kasus Delta, dan 37 kabupaten/kota yang juga sudah melampaui puncak Delta.
Enam provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Papua.
"Semua provinsi yang sudah melampaui puncak Delta kasusnya, itu rumah sakitnya sekitar 30 persenan dari puncak delta. Ada dua yang agak tinggi, yaitu Jakarta dan Bali," terang Budi.
Setelah Banten, Jabar, dan Bali mendekati puncak, papar Budi, maka lonjakan kasus Covid-19 bergeser ke provinsi-provinsi seperti Jawa timur, Jawa tengah, Jogja, dan di luar Jawa.
Pemerintah Tak Anggap Enteng Omicron, Cuma Minta Masyarakat Tidak Khawatir Berlebihan
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membantah pemerintah menganggap enteng Covid-19 Varian Omicron.
Pemerintah, kata Luhut, hanya memaparkan data kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia, dibandingkan dengan varian Delta.
"Jangan juga berpikir bahwa pemerintah menganggap enteng, tidak."
"Saya hanya menjalankan data yang ada, jangan membuat kita jadi ketakutan berlebihan," katanya, Senin (14/2/2022).
Baca juga: Covid-19 di Depok: Balita dan Bayi Tertular, 27 Warga Meninggal, Layanan Ambulans Digencarkan
Baca juga: Jadi Tempat Isolasi dan Direvitalisasi, TMII Tetap Bisa Dikunjungi, Jalur Pasien Covid-19 Berbeda
Sejak awal Januari hingga sekarang, kata Luhut, puncak kasus Omicron belum melebihi puncak Delta.
Padahal, apabila merujuk ke negara lain, puncak Omicron biasanya tiga sampai empat kali lebih tinggi dari puncak Delta.
"Tingkat rawat inap rumah sakit dan tingkat kematian juga masih jauh lebih rendah daripada periode Delta," bebernya.
Selain itu, Bed Occupancy Rate (BOR) yang dipublikasikan oleh pemerintah, kata Luhut, sebenarnya belum mencerminkan kapasitas maksimum.