Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri PPPA di W20: Pandemi Dorong Perempuan Pada Kemiskinan Ekstrim

Bintang Puspayoga mengatakan pandemi mendorong lebih banyak perempuan masuk dalam kategori kemiskinan ekstrim.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Menteri PPPA di W20: Pandemi Dorong Perempuan Pada Kemiskinan Ekstrim
Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA), Bintang Puspayoga mengatakan pandemi mendorong lebih banyak perempuan masuk dalam kategori kemiskinan ekstrim.

Ini artinya juga memperlebar kesenjangan gender dalam kemiskinan.

Lebih parahnya, UN Women melaporkan bahwa kekerasan terhadap perempuan, terutama KDRT meningkat akibat pandemi.

Hal ini ia sampaikan dalam Side Event Discrimination and Violence against Women dalam pertemuan pertama Women 20 (W20) Indonesia di Likupang, Sulawesi Utara secara virtual, Rabu (16/2/2022).

“Kekerasan terhadap perempuan secara negatif berdampak pada fisik, mental, dan emosi perempuan, termasuk pula kesehatan reproduksinya, dan pada saat yang sama pula kekerasan terhadap perempuan juga mempengaruhi keluarga, komunitas, dan masyarakat serta negara secara luas,” kata Bintang.

Pada 2020, hasil pertemuan G20 dan Women 20 (W20) merekomendasikan perspektif gender harus diterapkan dalam agenda pemulihan global.

Baca juga: KemenPPPA: Rekrutmen Pelaku Terorisme Menyasar Anak-Anak

BERITA TERKAIT

Hal ini untuk memastikan penyelesaian dari dampak pandemi yang tidak proporsional bagi perempuan.

“Inilah mengapa kita semua berkumpul pada hari ini untuk memastikan pemulihan ekonomi global harus pula menyinggung kesenjangan gender,” katanya.

Kekerasan terhadap perempuan telah menjadi permasalahan yang berlapis dalam kesenjangan gender yang termasuk bagian dari diskriminasi.

Bahkan hal itu terintegrasi dalam norma, perilaku, dan praktik sosial-budaya yang merugikan dan diskriminatif.

“Akibat dari pandemi covid-19 meninggalkan kita dengan kerja yang lebih dan tugas yang lebih untuk pencapaian ke depannya, tetapi kita akan semakin kuat dengan memperkaya wawasan dari rangkaian kegiatan yang akan menguatkan kita sebagai komunitas G20,” ujarnya.

Baca juga: KemenPPPA Sebut Restitusi Korban Herry Wirawan Tak Ditanggung Negara, Ahli: Negara Tak Boleh Menolak

Agar perempuan dapat berdaya, mereka akan membutuhkan kemampuan untuk bertahan dari kesulitan dan melewati rintangan yang telah dibangun oleh norma sosial-budaya.

Termasuk dalam stereotype dan juga tantangan lain seperti kesulitan ekonomi, risiko, dan kerentanan, juga berbagai dampak dari diskriminasi.

Bintang berharap seluruh anggota W20 harus dapat memastikan hasil dari kegiatan ini tepat sasaran pada tujuan kunci yang akan menguatkan ketahanan perempuan dalam melawan diskriminasi.

Sebab, pada saat perempuan berdaya dan anak-anak terlindungi, kesejahteraan akan menjadi milik semua pihak, termasuk negara.

Hal ini merupakan sebuah catatan sejarah baru, dimana Indonesia akan bangga menjadi saksi dan memfasilitasi komitmen, upaya, dan aksi dalam meningkatkan status perempuan secara global.

Khususnya dalam konteks pemulihan sosial-ekonomi bersama G20.

“Kami yakin, upaya bersama ini dapat bermanfaat sebagaimana tema kita, Recover Together and Recover Stronger,” kata Bintang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas