Eggi Sudjana Harap Ulama dan Tokoh Bangsa Ikut Jaga Keharmonisan Masyarakat
Eggi mengingatkan aksi saling lapor tersebut jangan dijadikan sentimen oleh kelompok tertentu yang memiliki kepentingan.
Penulis: Reza Deni
Editor: Daryono
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis Kemanusiaan Eggi Sudjana mengimbau kepada seluruh ulama dan masyarakat agar tidak ada lagi aksi saling lapor yang dinilai dapat mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Dia mengakui bahwa belakangan ini tidak sedikit ulama yang melaporkan tokoh bangsa, begitu pun sebaliknya.
"Kalau ulama saling melapor dan dilaporkan, lantas siapa yang akan melanjutkan cita-cita bangsa ini ke depan dan siapa yang akan menjadi panutan?" kata Eggi dalam dialog kebangsaan Forum Indonesia Muda Cerdas (FIMC) di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/2/2022).
Eggi mengingatkan aksi saling lapor tersebut jangan dijadikan sentimen oleh kelompok tertentu yang memiliki kepentingan.
Baca juga: Laporan Roy Suryo atas Menteri Agama Ditolak Polisi, LBH Ansor Bakal Gugat Balik
Sebaiknya, dikatakan Eggi, para ulama dan tokoh bangsa mengajarkan semua generasi muda hal yang baik dalam merawat dan menjaga kebhinekaan di Indonesia.
"Islam tidak mengajarkan bunuh diri dan terorisme, yang ada memberi kasih pada sesama, seperti membantu saudara yang sedang susah," kata dia.
Sementara itu, tokoh agama KH Taufik Damas juga menegaskan Islam tidak mengajarkan terorisme dan merusak kehidupan.
Menurutnya, ulama dan tokoh bangsa terinspirasi dari Piagam Madinah di mana salah satu hukum tertulisnya menghormati satu sama lain.
"Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan untuk membuat Negara Islam, tetapi negara yang punya nilai-nilai keIslaman," ujarnya.
Baca juga: LaNyalla: Kembali ke Pancasila untuk Pertahankan Keberagaman
Di kesempatan yang sama, Pakar Hukum Universitas Al Azhar Suparji Ahmad mengatakan bahwa harus tetap menjaga toleransi dan juga berkeadilan Pancasila.
"Dalam berbagai afiliasi cenderung terhadap agama, yang penting tidak terjadi politisasi agama," pungkas dia.(*)