Pengamat Sebut Rencana Belanja Alutsista Indonesia Guna Penuhi MEF, Bukan Berlomba di Kawasan
Khairul Fahmi berpandangan rencana pembelian 42 unit pesawat tempur Rafale oleh Indonesia adalah dalam rangka memenuhi Minimum Essential Force (MEF).
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpandangan rencana pembelian 42 unit pesawat tempur Dassault Rafale, 36 unit F-15, dan kapal selam kelas Scorpene oleh Indonesia adalah dalam rangka memenuhi Minimum Essential Force (MEF).
Proses pemenuhan MEF tersebut, kata Fahmi, sempat mengalami stagnansi karena jumlah belanja alutsista yang tidak terlalu signifikan pada periode sebelumnya.
Selain itu, menurutnya pembangunan postur pertahanan saat ini merupakan jawaban dari persoalan lingkungan strategis yang dinamis.
Rencana belanja alutsista itu, kata dia, juga dalam rangka mengantisipasi potensi-potensi ancaman di masa mendatang guna membentengi diri dan menegakkan kedaulatan serta menjaga keutuhan negara.
Untuk itu, menurutnya kurang tepat jika ada pihak yang berpendapat Indonesia menjadi pemicu perlombaan senjata di kawasan khususnya Asia Tenggara.
"Sebenarnya kurang tepat (jika Indonesia disebut pemicu perlombaan senjata di kawasan)," kata Fahmi dalam bincang TRIBUN CORNER bertajuk Prabowo Beli Pesawat Tempur Antisipasi Ancaman China? Ini Penjelasan Pengamat Militer di kanal Youtube Tribunnews pada Rabu (23/2/2022).
Baca juga: Purnawirawan Pilot Pesawat Tempur TNI AU Kupas Avionik Hingga Persenjataan Dassault Rafale
Fahmi berpandangan sejumlah faktor yang dapat memicu perlombaan senjata di kawasan Asia Tenggara setidaknya ada dua hal.
Pertama, kata dia, dinamika di Laut China Selatan.
Kedua, lanjut dia, pakta pertahanan Amerika Serikat, Britania Raya, dan Australia (AUKUS) di wilayah Asia Pasifik.
Baca juga: Indonesia Borong Jet Tempur Bernilai Ratusan Triliun Rupiah, dari Mana Sumber Uangnya?
"Sehingga mau tidak mau negara-negara yang beririsan dengan dua ini tadi saya kira akan menyesuaikan peta ancamannya, peta lingkungan strategisnya, serta memetakan ulang juga rencana-rencana kebutuhan mereka terkait poatur pertahanan tadi, sehingga dampaknya ya tentu saja menyiapkan anggaran yang proporsional dan belanja," kata dia.