Dorong Mekanisasi Pertanian, Taxi Alsintan Kementan Disambut Antusias di Sumsel
Program Taxi Alsintan merupakan program penyediaan alsintan secara mandiri melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Petani dan pelaku usaha pertanian di Sumatera Selatan (Sumsel) antusias menyambut program Taxi Alat Mesin Pertanian (Alsintan) yang digagas Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Program ini merupakan program penyediaan alsintan secara mandiri melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menambahkan, Taxi Alsintan adalah program pengadaan alat dan mesin pertanian oleh pelaku usaha di sektor pertanian.
Pelaku usaha tersebut dapat menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pengadaan alsintan sekaligus untuk fasilitas perawatannya. Alsintan tersebut dikelola dan disewa oleh para petani yang membutuhkan untu kegiatan olah tanah dan panen.
"Jadi ibaratnya alsintan itu ditaxikan, disewakan kepada petani. Jika petani mau mengolah lahan, tinggal pesan ke yang menyewakan alsintan yg dibutuhkan. Tahun 2022 kita akan bergerak cepat untuk pengembangan taxi alsintan di 9 provinsi sentra produksi," kata Ali.
Ali mengatakan, Bank Mandiri, BNI, dan BRI sudah menyatakan komitmen secara tertulis untuk dapat mendukung pembiayaan alsintan tersebut. Kategori alsintan yang dapat dibiayai dalam program ini harus satu paket yang terdiri dari traktor roda dua atau roda empat, pompa, combine harvester, serta penunjang kegiatan proses budidaya melalui penerapan mekanisasi dalam kegiatan pertanian.
"Taksi alsintan ini bisa untuk menjangkau area persawahan seluas 150 hektare. Ini adalah pembiayaan yang unik karena tidak pakai APBN melainkan pembiayaan dari perbankan," kata Ali.
Kementan menargetkan, setidaknya dalam satu kabupaten/kota terdapat empat Taxi Alsintan atau 2.000 Taxi Alsintan seluruh Indonesia. Ali menegaskan, program Taxi Alsintan murni ditujukan untuk menggenjot mekanisasi pertanian agar petani dapat beralih dari sistem konvensional. Saat ini, diketahui tingkat mekanisasi Indonesia di bawah lima persen dengan kata lain jumlah alat yang bergerak di sawah di bawah lima unit.
Direktur Alsintan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Andi Nur Alam Syah menjelaskan program Taxi Alsintan ini merupakan program yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat melalui pengucuran KUR alsintan.
Dengan hadirnya program ini, petani tidak lagi tertuju kepada bantuan yang berasal dari APBN, tetapi bisa mengadakan pembelian sendiri dengan insentif dari KUR.
"Jadi ini ide brilian dari pak Mentan agar masyarakat bisa memiliki sendiri, atau bersama-sama terhadap taxi alsintan," kata Nur Alam dalam rapat koordinasi dan pemantapan program KUR Taxi Alsintan di Palembang, Sumsel, Kamis (24/02/2022).
Ia mengatakan permintaan petani akan alsintan sangat besar. Sayangnya, dana pemerintah untuk pendistribusian alsintan ini sangat terbatas, di mana untuk tahun ini saja anggaran belanja alsintan kini tersisa Rp600 miliar.
“Taxi Alsintan hadir sebagai terobosan dalam membantu petani dalam pengadaan alsintan secara mandiri sehingga tak lagi seterusnya bergantung kepada APB,” terangnya.
Namun lebih dari itu, sambung jebolan sarjana teknologi pertanian Universitas Gajah Mada ini menegaskan, Program Taxi Alsintan ini menunjukkan kehadiran negara sekaligus menghadirkan semangat gotong royong antara semua pihak, baik pemerintah, dalam hal ini Kementan, dinas pertanian daerah, petani, perbankan, dan penyedia alsintan..
"Inti dari Taxi Alsintan ini adalah bagaimana kita mengelaborasi, bekerja bersama sehingga pembangunan mekanisasi pertanian bisa terus berlanjut. Dan kami bersyukur sekarang makin banyak petani yang inisiatif membeli alsintan untuk milik sendiri atau pun untuk disewakan. Dengan situasi yang serba sulit saat ini, mekanisasi pertanian tidak bisa lagi bertumpu kepada APBN dan APBD.
"Tentunya akan beda antara bapak beli sendiri. Rasa memilikinya lebih besar. Jadi ketika rusak bapak pasti perbaiki. Beda dengan APBN," katanya.
Karena itu, Nur Alam meminta kepada perusahaan penyedia alsintan untuk mulai berpikir membangun market sendiri langsung ke petani. Bukan mencari-cari proyek pembelian alsintan yang bersumber dari APBN, sehingga harus berpikir serupa dengan petani agar tidak mencari-cari proyek pengadaan alsintan yang bersumber dari APBN.
“Bapak (pelaku usaha, red) harus malu sama kepada petani kita yang tidak lagi mau dibantu dengan APBN. Jangan bapak bisnisnya bergantung dari APBN. Mati (bangkrut) bapak. Perusahaan penyedia alsintan harus merubah pola bisnisnya. Caranya dengan memperluas pasar marketnya. Disini, penyedia bisa terlibat dengan membantu insentif dalam meringankan uang muka dalam pembelian KUR alsintan yang bagi petani sebenarnya masih cukup berat dengan aturan DP 30 persen. Ini kalau sama-sama tidak menyadari, sama-sama akan mati," jelasnya.
“Kami usul penyedia alsintan memberikan insentif berupa pinjaman DP kepada petani untuk menutupi kekurangan DP petani dalam pembelian alsintan. Masa untuk petani kita tidak bisa bantu," pinta Nur Alam.
Sementara itu, Ketua Unit Pengelola Jasa Alsintan (UPJA) Desa Talang Makmur, Kabupaten OKI, Hasan, bersyukur perbankan dan penyedia alsintan mau memberikan kemudahan untuk pembelian alsintan menggunakan KUR.
Hasan sendiri membeli satu unit combine harvester senilai Rp500 juta untuk pengolahan lahan miliknya seluas 12 hektare dengan masa kredit 3 tahun. Rencananya, combine atau mesin panen ini juga akan disewakan ke petani lain dengan harga Rp1 juta per hektare.
"Tempat kami sudah survei, tinggal acc antara Bank Sumsel dan alatnya. Alhamdulillah dapat keringanan DP 20 persen dari PT Corin dengan tanpa bunga," katanya.
Hasan optimis mampu membayar angsuran KUR untuk alsintan ini. Apalagi, bisnis alsintan ini sangat menguntungkan. Hitungannya, dari bisnis alsintan ini dirinya bisa mengantongi keuntungan Rp50 juta per satu kali musim tanam.
"Combine ini sangat membantu karena setelah dipakai untuk panen, bisa disewa ke petani lain," jelasnya.
Ketua UPJA Sumber Mulia, Desa Muara Telang Agus Cahyono mengaku pihaknya mengajukan KUR untuk pengadaan excavator senilai Rp750 juta. Excavator ini bukan hanya untuk usaha saja, namun juga akan digunakan bersama-sama untuk meningkatkan kualitas hidup petani di desanya.
"Kondisi di desa kami itu cukup banyak tanggul jebol. Jadi motivasinya untuk bangun desa. Adanya excavator saluran air lancar, hasil panen petani juga melimpah. Dan kami telah mengelola dan mengoperasionalkan beberapa unit alsintan yang merupakan bantuan pemerintah dan juga dari pengadaan sendiri bersama kelompoknya. Satu mesin saja bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp80 juta hingga Rp100 juta per sekali musim tanam,” bebernya.
Direktur Utama Sriwijaya Agro Industri Sakoni mendukung kebijakan Direktur Alsintan untuk memberikan kemudahan DP (uang muka) bagi pembelian alsintan, bila perlu, DP taxi alsintan ini 0 (nol) persen.
Jika ada keringanan DP, pihaknya berencana membeli alsintan sebanyak 50 unit untuk digunakan mendukung program program pengolahan pertanian seperti kawasan singkong seluas 10 hektar
"Saya sepakat dengan Pak Direktur (Alsintan), perusahaan penyedia harus back up. Bahkan mestinya tanpa DP karena belinya juga banyak. Inilah saatnya saling bantu, kalau tidak susah. Kalau bisa perusahaan alsintan bisa bantu program pemerintah dengan DP 0 persen, sehingga angsuran ini cukup ditanggung dari KUR. Itu kalau kita mau saling bantu. Dan kemudian beri kemudahan, aturannya jangan terlalu ribet," ucapnya.
Ketua UPJA Cahaya Tani Desa Sungai Pinang, Banyu Asin, Suratman, mengaku sangat senang dengan adanya program Taxi Alsintan ini. Melalui program ini, dirinya bisa memiliki alsintan dengan sistem KUR, sehingga sangat membantu petani yang tidak lama lagi akan adanya panen raya.
"Benar kata pak direktur (Andi Nur Alam Syah) dan kami ini semangat mendukung kegiatan Taxi Alsintan ini. Harapan kami pulang itu sudah bisa bawa alsintan," sebutnya. (*)