Eks Dubes RI Cerita Sejarah Krimea yang Kini Jadi Rebutan Rusia-Ukraina, Dulunya Kental Nuansa Islam
Wahid Supriyadi menceritakan bagaimana wilayah Krimea yang menjadi rebutan Rusia dan Ukraina dulunya kental dengan nuansa Islam.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Duta Besar RI untuk Federasi Rusia Periode 2016-2021 M Wahid Supriyadi menceritakan bagaimana wilayah Krimea yang menjadi rebutan Rusia dan Ukraina dulunya kental dengan nuansa Islam.
Sebelum Stalin berkuasa, mayoritas penduduk Krimea merupakan keturunan orang Tatar.
Eks Dubes RI itu menerangkan nenek moyang orang Tatar tercatat berasal dari rumpun bangsa Turki dan Mongolia yang beragama Islam.
Kemudian oleh Stalin orang Tatar di wilayah tersebut diusir.
Sehingga, masuklah warga negara keturunan Rusia.
“Memang masih ada orang Tatar sedikit, Islam masih ada di sana, tapi mayoritas adalah orang Rusia,” kata Wahid Supriyadi saat melakukan wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, Selasa (28/3/2022).
Krimea merupakan sebuah semenanjung di kawasan Laut Hitam.
Baca juga: Pidato Presiden Ukraina Zelensky kepada Uni Eropa: Buktikan bahwa Kalian Bersama Kami
Krimea saat ini 90 persen penduduknya keturunan orang Rusia.
Kendati demikian masih ada penduduk Krimea yang keturunan Tartar dan nuansa Islam masih terasa di sana.
Menurut dia, seharusnya Rusia tidak perlu melakukan aneksasi atau penyerbuan Krimea.
Hal tersebut dikarenakan Krimea adalah wilayah yang sangat pro dengan Rusia.
Dalam sejarahnya, pada mulanya Krimea dititipkan kepada Ukraina untuk urusan administrasi di zaman kepemimpinan Nikita Khrushchev.
Baca juga: Pakar Sebut Rusia Salah Perhitungan Saat Melakukan Invasi Terhadap Ukraina
Karena hal yang berkaitan dengan administrasi bagi penduduk di sana terlalu jauh jika harus ke Moskow.
Menurut dia, tanpa militer atau melalui referendum pun sebenarnya Rusia sudah pasti menang untuk menguasai Krimea.
Masyarakat Rusia mendukung keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menguasai Krimea, bahkan menaikan rating Putin hingga 84 persen.
Namun, kondisi saat ini berbeda dengan munculnya oposisi, walaupun oposisi belum terlalu kuat untuk menjegal Putin.
Baca juga: Hari Keenam Hadapi Invasi Rusia, Kedubes Ukraina Minta Dukungan Kepada Bangsa Indonesia
“Jadi kalau ditanya sampai kapan (perang ini) hanya Putin dan Tuhan yang tahu,” ujarnya.
Dilansir Kompas, pada tahun 1921-1945 wilayah Krimea merupakan daerah kekuasaan Uni Soviet.
Namun, setelah tahun 1925 Krimea menjadi bagian dari Ukraina.
Krisis Krimea pada awalnya merupakan permasalahan domestik di Ukraina.
Pada perkembangannya, krisis Krimea mengundang konflik horizontal antara negara-negara Uni Eropa dan Rusia.