Pakar Epidemiologi: Pemerintah Harus Lakukan Persiapan Jika akan Transisi Pandemi ke Non Pandemi
Bicara soal transisi dari pandemi menuju non pandemi, menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman akan ada 3 kemungkinan yang terjadi
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Bicara soal transisi dari pandemi menuju non pandemi, menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman akan ada tiga kemungkinan yang terjadi.
"Non pandemi akan ada tiga kriteria nanti. Baik secara global maupun daerah. Pertama kategori yang terbaik adalah terkendali, tidak ada kasus selama berbulan bulan," ungkapnya pada Tribunnews, Sabtu (12/3/2022).
Kemudian, kedua adalah endemi yaitu kasus stabil.
Walau situasi ini kata Dicky terhitung tidak ideal karena masih akan ada kematian dan masuk rumah sakit.
Baca juga: LaporCovid-19 Sebut Kurangnya Keseriusan Perbaikan Pendataan Covid-19
Baca juga: BREAKING NEWS Update Corona 12 Maret 2022: Tambah 14.900 Kasus Baru, 248 Jiwa Meninggal
Ketiga, situasi yang terburuk adalah epidemi.
Saat dicabut, pandemi secara lokal akan tetap terjadi, begitulah sifat epidemi.
Menurut Dicky setidaknya Indonesia harus berada di posisi terkendali atau paling tidak pada status endemi.
Oleh karena itu masa transisi adalah masa untuk kesiapan. Kesiapan dari sistem kesehatan itu dan pembiayaan.
"Karena kalau sudah dicabut status pandemi, berarti tidak bersifat darurat. Sehingga pembiayaan orang sakit, orang divaksin, terapi, memerlukan solusi. Siapa memberikan pembiayaan? Apakah BPJS dan sebagainya," papar Dicky lagi.
Baca juga: 2 Tahun Pandemi Covid-19, WHO Belum Putuskan Jadi Praendemi atau Endemi
Kemudian juga di masa transisi mulai melihat adanya pelonggaran. Dari sisi testing misalnya yang tadinya masif agresif, lebih selektif.
Tapi tentu disesuaikan dengan masing-masing daerah.
Selain itu berkaitan dengan karantina. Sekarang ini ditetapkan bisa satu hari atau tidak karantina. Tentu harus ada penguatan di aspek lain.
Baca juga: Epidemiolog: Syarat Bebas Testing bagi Pelaku Perjalanan Dapat Tingkatkan Cakupan Vaksinasi Covid-19
"Kalau testing tidak ada, deteksi dini diperkuat, vaksinasi di perkuat. Kemudian perilaku komunitas yang mengarah pencegahan diperkuat. Bukan semua diturunkan. Itu yang berbahaya," tegas Dicky.
Ia pun mengingatkan jika Omicron bukan varian terakhir. Gelombang Ketiga kenaikan kasus juga bukan yang terakhir.