7.275 Desa Wisata di Indonesia Beri Dampak Kesejahteraan Warga
Destha Titi Raharjana mengungkapkan ada sekitar 7.275 desa wisata di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti dari Pusat Studi Pariwisata UGM Destha Titi Raharjana mengatakan pentingnya penguatan peran strategis desa wisata di Indonesia.
Dirinya mengungkapkan ada sekitar 7.275 desa wisata di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
"Sedikitnya ada tiga peran strategis desa wisata, pertama dari aspek ekonomi. Pengembangan potensi melalui kegiatan wisata perdesaan mampu memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan warga," tutur Destha melalui keterangan tertulis, Rabu (16/3/2022).
Hal tersebut diungkapkan oleh Destha dalam WebinarbSmart Community Tourism (SCoT), Empowering Tourism Villages: Successful Practices From Indonesia.
Baca juga: Indonesia-Singapura Eratkan Kerja Sama Bangkitkan Perekonomian Pariwisata dan Transisi Energi
Sementara aspek kedua dalam peran strategis desa wisata, adalah pengembangan lingkungan.
Destha mengatakan aspek ketiga, adalah sosial-budaya. Pengembangan wisata berbasis perdesaan, menurutnya, mampu memberi rasa bangga bagi warga desa.
Penguatan modal sosial dan budaya mampu ditumbuhkan seiring berkembangnya sektor pariwisata.
Sementara itu, akademisi STP Trisakti Saptarining Wulan mengatakan pengembangan desa wisata harus memperhatikan CHSE (cleanliness, Health, Safety and Environment).
"Kebersihan toilet di tempat wisata harus menjadi perhatian penuh untuk memberi kenyamanan bagi wisatawan. Sayang, banyak pengelola yang menganggap remeh urusan toilet ini," ujarnya.
Baca juga: Kemenparekraf Ajak Eksplorasi Wisata dan Ekonomi Lewat Mandalika Wonderful Ride 2022
Kehadiran teknologi juga penting dalam pengembangan desa wisata yang ingin memadukan pariwisata masa lalu dan masa kini.
Apalagi ada kebiasaan baru di kalangan milenial yang hobi plesiran ke tempat-tempat wisata baru sambil tetap bekerja dengan memanfaatkan teknologi.
“Pentingnya meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya. Yang tak hanya memiliki kompetensi keilmuan, tetapi juga akrab dengan teknologi," kata Wulan.
Baca juga: Pemulihan Pariwisata di Bali, Menparekraf Fokus ke Kualitas Wisatawan
Akademisi Universitas Sam Ratulangi Manado Winda Mercedes Mingkid menilai pengembangan desa wisata harus menarik perhatian karena fokus pada sumber daya alam, seni, budaya, dan masyarakat.
“Karena itu penting dijaga keasrian alam, seni dan budaya masyarakat setempat agar wisata ini berkelanjutan. Wisatawan akan merasakan pengalaman jalan-jalan yang komplit, karena mencakup banyak hal dalam satu wilayah," ucap Winda.
Winda menyebut sejumlah fasilitas yang harus disiapkan saat mengembangkan model desa wisata, antara lain, tempat menginap (homestay), handycraft untuk oleh-oleh, seni dan budaya untuk kepuasan batin, ‘local wisdom’, atraksi dan dukungan pendanaan dari pemerintah daerah.
Strategi untuk pengembangan desa wisata, antara lain, bagaimana membuat wisata yang berkualitas yang memiliki nilai.
Sehingga wisatawan tidak segan mengeluarkan uangnya dan ikut menjaga lingkungan.
"Faktor lainnya adalah akses menuju desa wisata itu seperti tersedianya transportasi dan informasi yang seluas-luasnya," pungkas Winda.