4 Menteri Ini Kena Sentil Jokowi Gegara Sering Impor, Akankah Direshuffle?
Direktur P3S Jerry Massie menilai ancaman reshuffle yang dikatakan Presiden Joko Widodo terkesan hanya seperti menggertak sementara saja.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku jengkel dengan banyaknya barang impor dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan sejumlah kementerian, pemerintah daerah, hingga BUMN.
Padahal, kata Jokowi, barang-barang yang impor tersebut sebenarnya dapat diproduksi di dalam negeri.
Bahkan di depan menteri, kepala lembaga, kepala daerah, pejabat BUMN, dan para pejabat, Jokowi menyentil beberapa 'pembantunya.'
Tak lain karena sejumlah kementerian masih menggunakan produk impor dalam jumlah yang tinggi.
Baca juga: Saat Jokowi Jengkel di Depan Menterinya soal Barang Impor, Tepuk Tangan pun Dilarang
Baca juga: Jokowi Jengkel: Dipikir Kita Bukan Negara Maju, CCTV Saja Impor, Sepatu Polisi Impor!
"Coba CCTV beli impor, di dalam negeri ada yang bisa produksi. Apa-apaan ini?!"
"Dipikir kita bukan negara yang maju, buat CCTV saja beli impor," kata Jokowi saat memberikan Pengarahan Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat (25/3/2022).
Presiden mengancam akan mereshuffle menteri bila kedepannya masih banyak melakukan impor untuk pengadaan barang dan jasa di kementeriannya.
"Kementerian, sama saja, tapi itu bagian saya itu. Resuffle," kata Presiden saat memberikan Pengarahan Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat, (25/3/2022).
Setidaknya, ada empat menteri yang bahkan disebut langsung oleh Jokowi dalam acara tersebut.
1. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin
Dalam pernyataannya, Presiden menyebut sosok menteri kesehatan terkait impor alat kesehatan seperti tempat tidur untuk rumah sakit.
Padahal, produk tersebut dapat dibuat di Yogyakarta, Bekasi, hingga Tangerang.
"Alat kesehatan (alkes). Menteri Kesehatan, ini tempat tidur untuk rumah sakit, produksi saya lihat di Yogyakarta ada, Bekasi, Tangerang ada," ujar Jokowi.
"(Kenapa) Beli impor, mau diterus-teruskan? Mau saya umumkan kalau saya jengkel."