Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Vaksin Booster Covid-19 Sebagai Syarat Mudik Lebaran Dinilai Tidak Adil

Opsi lain yang bisa dilakukan adalah melakukan tes antigen untuk yang belum sempat melakukan booster.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Vaksin Booster Covid-19 Sebagai Syarat Mudik Lebaran Dinilai Tidak Adil
dok pribadi
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebutkan adanya wacana vaksin booster sebagai syarat untuk mudik pada Hari Raya Idul Fitri 2022.

Namun pakar Epidemiologi Griffith University Dicky menyebutkan booster sebagai syarat mudik tentu harus dengan upaya bahwa sudah diberikan pada publik.

"Upaya percepatan, akselerasi booster kalau diwajibkan semua jelas tidak akan ada tercapai. Karena kita masih di bawah 10 persen," ungkap Dicky kepada Tribunnews, Sabtu (25/3/2022).

Vaksin booster bisa didapat kalau ia adalah orang lanjut usia atau memiliki komorbid. Selain itu status vaksin Covid-19 dosis kedua sudah di atas 3-4 bulan bisa.

Namun jika diterapkan ke seluruh lapisan masyarakat, Dicky menyebutkan hal itu cukup sulit.

"Dan itu saya melihat jadi tidak adil karena adanya upaya pelonggaran di aspek lain. Harus ada opsi," kata Dicky menambahkan.

Baca juga: Syarat Mudik Lebaran 2022, Wajib Tes PCR atau Antigen bagi yang Belum Vaksin Booster

Berita Rekomendasi

Opsi lain yang bisa dilakukan adalah melakukan tes antigen untuk yang belum sempat melakukan booster. Padahal sudah waktunya.

Beberapa kendala masih ditemukan dalam pemberian booster. Di antaranya seperti sudah mendaftar tapi belum terpanggil dan masih banyak hal lain.

"Jangan menjadi beban ke publik. Upayanya betul, tapi masih ada opsi lain. Satu tentu melakukan tes antigen, tapi jangan PCR. Peduli lindungi minimal 2 dosis vaksin. Ini penting, itu yang harus dipastikan," kata Dicky menambahkan.

Menurut Dicky, pemerintah harus konsisten dalam menanggapi masalah. Agar kepercayaan masyarakat dapat terbangun dan sama-sama menyadari jika situasi belum pulih.

"Masalahnya sudah dibangun optimisme, bisa mudik, melakukan pelonggaran, tapi optimisme ini tidak disertai informasi bahwa situasi relatif genting. Sehingga ada upaya memitigasinya," ujar dia.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas