Anggota DPD RI Achmad Hudarni Rani Tutup Usia Sore Tadi
Hudarni Rani menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (4/8/2022) hari ini pukul 16.00 WIB di apartemennya di bilangan Jakarta
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Bangka Pos Vigestha Repit Dwi Yarda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar duka datang dari Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).
Senator Achmad Hudarni Rani meninggal dunia.
Akun media sosial DPD RI baik Twitter maupun Instagram mengumumkan wafatnya Hudarni pada Jumat (8/4/2022) malam.
"Segenap pimpinan dan anggota DPD RI beserta Sekretariat Jenderal DPD RI mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Bapak Drs. H. Achmad Hudarni Rani, S.H. anggota DPD RI Provinsi Bangka Belitung periode 2014–2019 dan 2019-2024," tulis akun Twitter Senator Indonesia @DPDRI.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Erzaldi Rosman membenarkan atas meninggalnya mantan orang nomor satu di Negeri Serumpun Sebalai itu.
Anggota DPD RI Abdul Rachman Thaha juga membenarkan meninggalnya Achmad Hudarni Rani.
Baca juga: Lakukan Pertemuan dengan Pihak Media, DPD RI Siap Akomodasikan Semua Media
"Benar,beliau meninggal. Beliau seperti orang tua saya di DPD RI," ujar Abdul Rachman Thaha, Jumat malam.
Hudarni Rani menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (4/8/2022) hari ini pukul 16.00 WIB di apartemennya di bilangan Jakarta.
Adik Hudarni Rani, yakni Huzarni Rani mengatakan, abangnya meninggal dunia di apartemennya, di Jakarta.
Semasa hidupnya Hudarni Rani menjabat sebagai Gubernur Kepulauan Bangka Belitung sejak April 2002 hingga April 2007.
Lahir 20 November 1950, Hudarni Rani meninggal di usia 71 tahun.
Suami dari Elly Marleny itu merupakan anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Bangka Belitung periode 2014–2019 dan 2019 hingga sekarang.
Dia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Kepulauan Bangka Belitung sejak April 2002 hingga April 2007.
Sebagai gubernur, Hudarni Rani berusaha mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang tidak hanya berfokus pada sektor timah, tetapi juga hasil alam lain dan juga dalam bidang pariwisata, terutama panorama pantai.
Di sisi lain Hudarni Rani dikenal sebagai pelopor istilah lokal "Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong,".
Semboyan yang bermakna masyarakat Tionghoa dan Melayu sama saja itu dia populerkan saat menjadi gubernur.
Istilah lokal kemudian tumbuh dan berkembang sehingga tidak ada pengotak-ngotakan antara etnis Tionghoa dan Melayu.
Frasa itu menjadi gambaran tegaknya Pancasila dan kebersamaan di daerah tersebut.
Baca juga: 72 Warga Terdampak Fenomena Angin Kencang di Bangka Selatan
Apalagi ketika momentum Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Imlek tiba kerafian lokal itu sangat terasa di masyarakat Bangka Belitung.
Warga Tionghoa dan Melayu saling bersilaturahmi, menyatu dalam kebersamaan baik saat lebaran (Idul Fitri) dan atau kongian (Imlek).
Semboyan itu yang hingga kini merajut keberagaman, mencipta kebersamaan, menjalin kegotongroyongan dalam membingkai kehidupan saling menghormati, menghargai dalam kasing sayang.
Oleh karena itu tak heran saat meletus konflik SARA khususnya Tionghoa, di ibukota Jakarta di masa awal reformasi 1998 lalu, Bangka Belitung disebut sebagai “surga” tempat berteduh bagi para korban konflik.
Hudarni diketahui memiliki visi mewujudkan negeri "Serumpun Sebalai" yang sejahtera dengan meningkatkan kualitas masyarakat serta memberdayakan semua potensi daerah secara arif dan berwawasan lingkungan dalam NKRI. (Bangkapos.com/Vigestha Repit)
Sebagian artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Hudarni Rani Tutup Usia, Dikenal Sebagai Tokoh Babel yang Kerap Bicara 'Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong'