Koalisi Kebebasan Berpendapat: Perbedaan Pandangan tidak Bisa Jadi Alasan untuk Melukai Orang Lain
Peristiwa kekerasan yang terjadi Senin telah mencemari makna penyampaian pendapat yang seharusnya dilaksanakan dengan cara-cara yang damai.
Penulis: Dewi Agustina
"Memang karena masih dalam pandemi, RS belum ada jam besuk, jadi yang boleh keluarga yang menunggui, yang menunggui jalani proses skrining, dan menggunakan identitas resmi sebagai penunggu," ucap Dita.
Tak hanya itu, permintaan agar Ade Armando belum dapat dijenguk juga datang dari pihak keluarga.
Karena kondisi Ade Armando yang belum memungkinkan untuk diajak berkomunikasi dan masih merasakan trauma atas insiden pemukulan tersebut.
"Mungkin ada permintaan dari keluarga untuk tidak dijenguk karena pak Ade perlu istirahat," ujar dia.
Kendati demikian, Dita belum dapat memastikan hingga kapan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI kebijakan itu diberlakukan.
Baca juga: Sosok Arif Pardiani, Diduga Dalang Provokator Pengeroyokan Ade Armando, Ditangkap di Jakarta
Kronologis Ade Armando Dikeroyok
Berikut kronologis penganiayaan Ade Armando versi Nong Darol Mahmada, Sekjen Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) yang rilisnya diterima Tribunnews.com.
1. Pukul 14.00 Ade Armando didampingi dua orang kameramen (Indra Jaya Putra dan Bambang T) dan dua penulis (Belmondo Scorpio dan Rama) melakukan peliputan aksi demo di Gedung DPR RI.
2. Ade Armando dan tim datang melakukan peliputan atas nama Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), tujuannya untuk membuat konten youtube dan media sosial Gerakan PIS.
3. Pada awalnya tidak ada masalah, bahkan beberapa media massa mewawancarai Ade Armando.
4. Pukul 15:35 tim menyepakati untuk menyudahi peliputan. Posisinya saat itu ada di depan pintu gerbang utama DPR.
5. Pukul 15:38 tim mundur dari posisi semula dan menjauh dari massa demontrasi.
6. Saat mundur beberapa orang massa di situ terlihat mengawasi dan saling berbisik diantara mereka.
7. Pukul 15:40 tiba-tiba didatangi oleh seorang ibu-ibu tidak dikenal sambil memaki-maki. Makian ibu-ibu inilah yang memicu massa.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.