Muhammadiyah Tetapkan Lebaran Jatuh pada Senin 2 Mei 2022, Kemenag: Kemungkinan Bersamaan
PP Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022. Kemenag menyebut ada kemungkinan bersamaan.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
3. Fanpage Kemenag
4. Instagram Kemenag
5. YouTube Bimas Islam Kemenag
Prediksi BMKG
BMKG juga akan melaksanakan Rukyat Hilal pada Minggu, 1 Mei 2021 oleh 33 tim di 31 lokasi yang tersebar di Indonesia.
Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono ST DiplSeis MSc mengatakan, potensi hilal 1 Syawal 1443 Hijriyah sebagai penentu perayaan Hari Raya Idul Fitri bisa dinilai dari berbagai indikator yang juga telah diperhitungkan hisabnya.
"Berdasarkan data-data tersebut di atas, pengamatan rukyat hilal pada 1 Mei 2022 hilal berpotensi terlihat (teramati), namun tergantung kondisi cuaca saat pengamatan disetiap lokasi pengamatan," ujarnya.
Pada umumnya, jika berdasarkan rukyat yang dilakukan hilal teramati dengan ketentuan sesuai pedoman MABIMSpada 1 Mei 2022 mendatang, maka ada potensi lebaran Idul Fitri atau 1 Syawal 1443 H akan jatuh pada 2 Mei 2022.
Namun, keputusan pasti terkait penentuan Idul Fitri 2022 akan bisa disimak langsung dalam sidang isbat yang dilakukan oleh Kemenag pada 1 Mei 2022, dengan melihat hasil Rukyatul Hilal dari berbagai tempat pengamatan yang ditetapkan.
MUI Meyakini Idul Fitri 2022 Berpotensi Sama
Sementara itu, adanya perbedaan awal puasa Ramadhan 2022 antara keputusan PP Muhammadiyah dan pemerintah menimbulkan pertanyaan.
Apakah Lebaran 2022 jatuh pada hari yang sama alias serentak dilakukan atau justru dilakukan pada waktu berbeda-beda?
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meyakini perbedaan awal Ramadan tak akan terjadi pada Idul Fitri 2022.
MUI menyebut Lebaran 2022 berpotensi dirayakan secara serentak.
"Ya, betul, soal Idul Fitri berpotensi sama," kata Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan, Sabtu (2/4/2022).
Agar tak ada kecemasan pada masyarakat, Amirsyah mendorong pemerintah bersikap lebih terbuka.
Ia berharap perbedaan tidak akan muncul terkait hari Lebaran.
Terlebih, momen istimewa itu membentangkan pula pertalian antara seluruh lapisan masyarakat.
"Atas perbedaan itu pemerintah harus lebih arif dan bijaksana mendengar masukan dari berbagai pihak, sehingga tidak ada potensi perbedaan masuk 1 Syawal 1443 H," kata Amirsyah, dilansir Tribunnews.com.
"Kebersamaan Lebaran momentum yang sangat tepat untuk kelihatan lebih kompak dalam merajut kebersamaan sesama anak bangsa," sambungnya.
Amirsyah mengatakan ibadah puasa dilakukan berdasarkan niat dan dijalankan sesuai syarat dan rukun.
Karena itu kata dia, masyarakat tak perlu khawatir soal lamanya puasa, apakah 29 atau 30 hari.
Menurut Amirsyah hal itu tak lantas membuat ibadah puasa tidak sah.
"(Puasa mereka) sah sesuai niat, syarat, dan rukunnya," ungkapnya.
Amirsyah juga menerangkan ibadah puasa 1 Ramadan sebenarnya berlaku sama bagi umat di seluruh dunia secara syari'.
Namun, penetapan tanggal dapat berbeda karena metodologi yang berbeda pula.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Fahdi Fahlevi/Reza Deni) (Kompas.com)