Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bupati Bogor Ade Yasin Susul sang Kakak Kena OTT KPK, ICW: Politik Dinasti Jadi Pintu Masuk Korupsi

Berikut tanggapan ICW soal penangkapan Bupati Bogor Ade Yasin dalam OTT KPK yang menyusul kakaknya.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Bupati Bogor Ade Yasin Susul sang Kakak Kena OTT KPK, ICW: Politik Dinasti Jadi Pintu Masuk Korupsi
Kolase Instagram/ademunawarohyasin dan TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Foto kiri: Bupati Bogor Ade Yasin. Foto kanan: Mantan Bupati Bogor Rachmat Yasin mengenakan rompi tahanan usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Kamis (13/8/2020). KPK menahan Rachmat Yasin terkait kasus pemotongan uang SKPD dan penerimaan gratifikasi oleh kepala daerah di Kabupaten Bogor. Terbaru, Ade Yasin terkena OTT KPK pada Selasa (26/4/2022). 

TRIBUNNEWS.COM - Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana ikut menanggapi terkait penangkapan Bupati Bogor Ade Yasin dalam operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (27/4/2022).

Tak sendiri, Ade Yasin ditangkap bersama perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jawa Barat.

Penangkapan Ade Yasin menyusul sang kakak, yakni Rachmat Yasin, yang sudah lebih dulu ditangkap KPK delapan tahun lalu, tepatnya pada 7 Mei 2014.

Rachmat ditangkap lantaran terjerat kasus suap sebesar Rp 4,5 miliar dalam tukar-menukar kawasan hutan PT Bukit Jonggol Asri (BJA) saat menjabat sebagai Bupati Bogor.

Sementara, dalam kasus sang adik atau Ade Yasin, Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri belum memberikan keterangan lebih lanjut.

Baca juga: KPK Koordinasi dengan BPK terkait OTT Bupati Bogor Ade Yasin

Ali hanya menuturkan, OTT KPK ini berkaitan dengan dugaan pemberian dan penerimaan suap.

Sementara, KPK saat ini masih memeriksa pihak-pihak yang ditangkap tersebut dan akan menetapkan statusnya dalam waktu 1×24 jam.

Berita Rekomendasi

Peneliti ICW Kurnia pun menuturkan, penangkapan Ade Yasin menambah daftar panjang kakak beradik pemimpin daerah yang terjerat korupsi.

Menurut Kurnia, praktik politik dinasti menjadi pintu masuk terjadinya praktik korupsi.

Terlebih, lanjut Kurnia, politik dinasti itu dilakukan di daerah yang sama.

"Praktik dinasti politik itu sangat berpotensi konflik kepentingan yang menjadi pintu masuk terjadinya praktik korupsi."

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana berdiskusi dalam acara talkshow POLEMIK di d'consulate resto, Jakarta Pusat, Sabtu (7/9/2019). Talkshow ini memiliki tema KPK Adalah Koentji yang membahas tentang revisi Undang-Undang KPK yang sedang bergulir. TRIBUNNEWS.COM/IQBAL FIRDAUS
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana berdiskusi dalam acara talkshow POLEMIK di d'consulate resto, Jakarta Pusat, Sabtu (7/9/2019). Talkshow ini memiliki tema KPK Adalah Koentji yang membahas tentang revisi Undang-Undang KPK yang sedang bergulir. TRIBUNNEWS.COM/IQBAL FIRDAUS (TRIBUN/IQBAL FIRDAUS)

"Apalagi itu di daerah yang sama, biasanya saat menjadi bupati, kontestasi politik selanjutnya, dia tidak bisa maju lagi, jadi diberikan kepada istri, suami atau anak-anaknya," kata Kurnia, dikutip dari tayangan Youtube Metro TV, Rabu (27/4/2022).

Kurnia pun menjelaskan, sejak awal ICW sudah menolak adanya modernisasi politik tertentu, seperti politik dinasti ini.

Sebab, menurutnya, sangat mudah untuk memungkinkan terjadinya perdagangan atau pembagian profesi tertentu.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas