Soal Hepatitis Akut Misterius, Pakar Epidemiologi: Harus Jadi Perhatian Negara
Kemunculan Hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak, wajib diwaspadai. Sebab, penyebabnya belum diketahui.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemunculan Hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak, wajib diwaspadai. Sebab, penyebabnya belum diketahui.
Hal ini disampaikan oleh pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman. Adanya anak-anak yang mengalami Hepatitis ini harus diwaspadai.
Meski kasus terhitung di bawah 250, sudah ada angka kematian. Dan Itu sudah menunjukkan indikator berbahaya.
"Harus menjadi perhatian dunia dan negara. Karena umumnya di tengah situasi seperti ini, apalagi ini penyakit baru, ibarat puncak gunung es. Yang terjadi di masyarakat bisa lebih banyak," ungkapnya pada Tribunnews, Kamis (5/5/2022).
Baca juga: RSPI Sulianti Saroso Ditunjuk Jadi RS Rujukan Penyakit Hepatitis Akut
Lantas apakah Hepatitis misterius ini sama dengan penyakit kuning biasa? Dicky menyebutkan hal itu jelas tidak. Penyakit kuning pada umumnya yang terjadi adalah Hepatitis A.
Selama ini di masyarakat penyakit kuning di tanah air, umumnya, Hepatitis A. Yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan hepatitis A," katanya lagi.
Tapi faktanya anak yang terinfeksi Hepatitis misterius ini terdeteksi negatif memiliki virus Hepatitis A,B,C,D dan E. Bahkan Cytomegalovirus negatif, beberapa juga negatif SARS-CoV-2.
Selain itu sebagian juga ada yang negatif Adenovirus, dan beberapa positif. Indikasi ini menyebabkan Hepatitis misterius ini tidak bisa disamakan dengan penyakit kuning.
Di sisi lain untuk mengetahui sumber dan bagaimana penularannya, hal ini membutuhkan waktu dan penyelidikan epidemiologi. Bekerjasama dengan beberapa instansi terkait.
"Ini akan memerlukan waktu. Dan selama belum bisa ditemukan kepastiannya, maka dunia harus terbuka. Kalau penyelidik itu, harus tetap membuka diri dengan berbagai kemungkinan," paparnya lagi.
Sehingga tidak terjadi bias. Dicky pun menyebutkan butuh kesabaran. Terkait menular atau tidak, pakar dan pihak Kesehatan juga belum bisa memastikan.
Namun, prinsip mitigasi dan pencegahan akan lebih baik. Ia pun juga menegaskan jika kemunculan kasus hepatitis ini bukan berarti pandemi berakhir.
"Selesai atau kita bisa lepas masker. Tidak,karena korelasinya masih banyak kemungkinan. Prinsip pencegahan menjadi utama dan penting," pungkasnya.