Kemenkes Yakin Hepatitis Akut Berat Tak Akan Jadi Pandemi Seperti Covid-19
Pemerintah Indonesia berharap agar tidak terjadi peningkatan kasus atau kejadian luar biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut berat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia berharap agar tidak terjadi peningkatan kasus atau kejadian luar biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut berat.
Sekretaris Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmidzi menyatakan jika melihat dari kecepatan penularan, jumlah maupun perkembangan kasus hepatitis akut ini maka untuk menjadi pandemi masih sangat jauh.
"Kecil sekali kemungkinannya untuk menjadi pandemi. Tapi kita tahu bahwa peningkatan penyakit ini mulai dari sebagai peningkatan kasus, kemudian ada kejadian luar biasa, ada wabah, kemudian ada endemi, dan ada pandemi," terang Nadia dalam kegiatan virtual Jumat (14/5/2022).
Ia mengatakan pada kasus penyakit baru yang belum diketahui penyebabnya ini, kemungkinan yang terjadi adalah kejadian luar biasa atau peningkatan kasus.
"Karena kita belum tahu pengobatannya kita belum tahu cara penularannya," jelas jubir vaksinasi Covid-19 ini.
Baca juga: Cegah Hepatitis Akut pada Anak, Kemenkes Ingatkan Penjual Makanan di Sekolah Pakai Sarung Tangan
Hal senada juga disampaikan Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban.
Dirinya berujar, potensi hepatitis akut berat menjadi pandemi sangatlah kecil. Meski demikian, penyakit ini tetap perlu diwaspadai.
"Apakah bisa menjadi pandemi tentu jadi pertanyaan yang sulit, karena kan kalau dari oktober sekarang udah 7 bulan kasusnya sekitar 300 mengenai di sekitar 20-an negara," terang Zubairin
Di Indonesia sendiri, dalam kuruan waktu satu bulan penyebarannya cukup cepat, semula 3 kasus sekarang ditemukan 18 kasus dugaan.
"Jadi kencendrungnnya untuk menyebar jelas sekali. Namun untuk menjadi pandemi perlu banyak syarat lain," imbuhnya.
Dokter di RS Kramat 1928 ini menyebut, masih sangat sulit menebak kondisi lanjutan penyakit misterius ini. Pasalnya, kini penyelidikan asal muasal atau penyebab ini masih terus berjalan.
Ada banyak faktor risiko yang terus diteliti misalnya virus Adenovirus. Virus ini bisa menular lewat batuk, pilek, bersin termasuk bisa bikin pneumonia tapi Adenovirus strain yang lain.
"Sebagian besar lewat oral walaupun potensial bisa juga lewat droplet. intinya tidak mudah menjawab pertanyaan ini," kata Prof Zubairi.
Ia pun menyinggung, potensi untuk menjadi wabah pada penyakit ini sangatlah jelas. Namun belajar dari pandemi Covid-19, negara-negara sudah waspada banget, telah terbiasa pakai masker dan menjaga kesehatan serta kebersihan.
"Dengan perubahan perilaku behavior dari masyarakat dunia itu, maka risiko untuk menjadi pandemi saya kira kecil, namun risiko untuk menjadi setingkat pandemi lumayan," ucapnya.