Hanya Kepada Satu Orang Menterinya, Presiden Soeharto Menulis Ucapan Ulang Tahun. Ini Suratnya
Presiden Soeharto tak pernah menulis surat untuk mengucapkan ulang tahun kepada para menterinya, kecuali untuk satu orang. Siapa orang spesial ini?
Editor: cecep burdansyah
Hubungan anggota Brigade Mataram erat sekali dengan keluarga Habibie, sehingga seorang perwira Brigade Mataram dapat menjalin cinta dengan putri Ibu Habibie. Kapten Subono kawin dengan kakak B.J. Habibie. Konsekuensinya, saya sebagai Komandan Brigade besanan dengan Ibu Habibie.
Selesai melaksanakatan tugas, Brigade Mataram kembali ke Yogya, dan rupanya Ibu Habibie juga pindah ke Bandung untuk mengasuh putra-putrinya melanjutkan pendidikan. Berkat keuletan Ibu Habibie, semua putra-putrinya dapat menyelesaikan pendidikannya. Bahkan, B.J. Habibie dapat melanjutkan pendidikannya di Jerman, dan mencapai gelar sarjanan pada 1960.
Pada 1961, setelah saya selesai mengikuti pendidikan di Seskoad, kemudian menjadi Deput I KSAD, saya memperoleh kesempatan untuk mengadakan kunjungan ke luar negeri, mengadakan studi perbandingan mengenai organisasi, peralatan, dan pendidikan pada Angkatan Perang Yugoslavia, Jerman, dan Prancis. Pada 1961 saya ketemu lagi dengan Ing. B.J. Jabibie, yang sudah menjadi sarjana dan masih tekun belajar untuk mencapai gelar doktornya.
Pada waktu kelahiran Orde Baru tahun 1966, Dr. Ing. B.J. Habibie merasa terpanggil untuk mengabdi pada negara dan bangsanya, melewati iparnya, Kolonel Subono, nelaporkan pada saya siap kembali ke Tanah Air. Petunjuk yang saya berikan kepada Dr.Ing.B.J. Habibie lewat iparnya adalah agar tetap melanjutkan studinya dulu, nanti pada waktunya akan saya panggil.
Pada 1970, saya sebagai Presiden mengadakan kunjungan kenegaraan ke Belanda dan Jerman. Pada saat kunjungan ke Jerman bertemu lagi dengan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang sudah bekerja di MBB, sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang di Jerman. Saya hanya memberi petunjuk untuk siap-siap pulang ke Tanah Air yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Selama masih berada di Jerman supaya meningkatkan pengalamannya yang mungkin berguna bagi Negara dan Bangsanya.
Indonesia waktu itu memiliki beberapa program pembangunan. Seperti pertanian dan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi, pertanian dan industri mesin, hingga akhirnya tercapai pembangunan industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh sebagai landasan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Memprioritaskan pembangunan dalam pertanian menuju pertanian yang tangguh untuk mendukung industri yang kuat, maka jelas pembangunan industri itu memerlukan pemilihan teknologi yang tepat, untuk mengamankan daya saing hasil produksi di pasaran. Agar dapat memilih, mengkaji, dan menggenapkan teknologi yang tepat untuk membangun industri itu, sejak memasuki tahap kedua pembangunan jangka panjang, sudah sangat diperlukan suatu lembaga tingkat pusat untuk mendampingi Bappenas, ialah suatu badan yang mempunyai tugas pengkajian dan penerapan teknologi.
Pembentukannya disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan. Untuk mempersiapkan pembentukan badan tersebut, melewati Dirut Pertamina saya panggil Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie pada Januari 1974, untuk mengetahui secara langsung kesediaannya kembali ke Tanah Air, mengingat kedudukan di luar negeri telah mapan, baik jabatannya maupun penghasilannya.
Setelah memperoleh penjelasan mengenai strategi pembangunan nasional jangka panjang dan tugas yang akan dipikulnya, tanpa ragu-ragu Prof.Dr.Ing.B.J.Habibie menyatakan kesediaannya, dan segera akan membicarakan kepada pimpinan MBB.
Hasil pembicaraannya dengan pimpinan MBB, Prof.Dr.Ing.B.J. Habibie diperkenankan kembali ke Tanah Air, dengan catatan, agar tetap menjadi penasihat teknologi di MBB. Persyaratan tersebut saya setuju, asal segala pengetahuan Prof.Dr.Ing.B.J.Habibie di MBB bisa dimanfaatkan untuk pembangunan di Indonesia.
Karena dukungan anggaran belum memungkinkan pembentukan badan pengkajian dan pengetrapan teknologi secara langsung, maka langkah yang diambil ialah:
*Mengangkat Prof.Dr.Ing.B.J.Habibie sebagai penasihat teknologi Presiden Republik Indonesia.
*Memimpin Divisi Advanced Teknologi di Pertamina sebagai cikal bakal BPPT.
*Membangun industri pesawat terbang di Bandung.
Tahun 1978 Prof.Dr.Ing.B.J.Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi pada Kabinet Pembangunan ke III. Di samping itu juga menjabat:
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.