Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu Hari Raya Galungan? Berikut Sejarah dan Makna Perayaannya

Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan hari ini, Rabu (8/6/2022). Berikut sejarah, makna peringatan Hari Raya Galungan.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Apa Itu Hari Raya Galungan? Berikut Sejarah dan Makna Perayaannya
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Umat Hindu mengikuti persembahyangan saat merayakan Hari Raya Galungan di Pura Amerta Jati Cinere, Depok, Rabu (14/4/2021). - Simak pengertian, sejaran dan makna peringatan Hari Raya Galungan. 

Dalam kitab tersebut tertulis betapa perjuangan Pandawa dalam memerangi Adharma untuk menegakkan dharma.

Sang Darma Wangsa adalah keluarga yang selalu menegakkan dharma, beliau bekerja, berjuang, dan berkeyakinan bahwa kebenaran akan selalu menang (Satyam eva Jayanti).

Lain halnya dengan Maha Kawi Danghyang Nirartha, beliau melahirkan sebuah karya kekawin Maya Danawan-taka.

Dalam ceritanya, dikisahkan seorang pertapa yang teguh melaksana­kan tapa di punggung Gunung Ksiti-pogra dan pusat pemerintahannya diseputaran danau Batur daerah Kinta-mani, Bangli di Bali.

Setelah dia mendapat anugrah dalam pertapaannya, ternyata kelobaannya menjadi-jadi, sehingga rakyatnya di wilayah pemerintahannya menjadi ketakutan.

Si Mayadanawa tidak hanya mengum­pulkan emas, kekayaan, dia melarang melakukan yadnya, bersama tentaranya merusak, mengacau, menyakiti, meng­hina sastra dan ajaran agama.

Oleh karena kejahatannya, diutuslah Dewa Siwa untuk memeranginya.

Berita Rekomendasi

Maka terja­dilah pertempuran yang sangat hebat antara pasukan Dewa Siwa dengan Mayadenawa.

Baca juga: Selamat Hari Raya Galungan, Ini Tradisi yang Dilakukan Umat Hindu untuk Rayakan Hari Raya Galungan

Karena kesaktiannya Mayadanawa menciptakan tirte cetik, sehingga pasukan Desa Siwa yang sedang kehausan meminumnya, semua pasukan Dewa Siwa mati.

Singkat cerita, Dewa Siwa mengetahui kejadian tersebut sehingga Ia mencipta­kan tirta empul (pengurip) yang seka­rang disebut tirta empul, diperciki pasukan yang mati hidup kembali.

Peperangan harus berlanjut sehingga Mayadanawa terkepung tentaranya mati, dia lari tunggang langgang segala macam taktik tipu muslihat diperguna­kan.

Mayadanawa lari agar tapak kakinya tidak dilihat, dia lari dengan tungkai yang miring namun tetap diketahui oleh Pasukan Dewa Siwa, sehingga sebagai bukti tempat itu sampai sekarang disebut desa Tapak Sir­ing asal kata dari telapak kaki miring.

Kemudian, Maya Danawa lari bersem­bunyi di pohon kelapa pada kuncup/pada busung kelapa, namun tetap dapat dilacak oleh pasukan Dewa Siwa sampai sekarang tempat itu dinamakan Desa Blusung.

Akhir cerita, karena Mayade­nawa dipihak yang salah, peperangan dimenangkan oleh Pasukan Dewa Siwa dan Mayadenawa mati.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas