Imbas Dua Politisi India Hina Islam, Gubernur Aceh Minta Kegiatan Dubes India Dihentikan
Nova meminta jajarannya untuk menghentikan seluruh kegiatan selama kunjungan Dubes India di Aceh.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Aceh, Nova Iriansyah meminta kegiatan Duta Besar (Dubes) India, Manoj Khumar Bharti di Aceh untuk dihentikan.
Permintaan ini ditujukan kepada jajarannya usai adanya berita penghinaan yang dilakukan oleh dua politisi dari partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP) yaitu Navver Kumar Jindal dan Nupur Sharma.
Hal ini dinyatakan oleh Nova melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @niriansyah pada Rabu (8/6/2022).
Ia meminta kepada jajarannya untuk mengakhiri seluruh kegiatan kunjungan Dubes India selama di Aceh.
Sementara alasan permintaan itu adalah lantaran keberatan dengan pernyataan Navver Kumar dan Nupur Sharma yang dianggap menghina Nabi Muhammad SAW dan agama Islam.
“Saya sudah minta Dinas Teknis & staff khusus utk mengakhiri kegiatan Dubes India di Banda Aceh.
Sbg Daerah yg menerapkan Syari’at Islam kita keberatan sekali thd pernyataan 2 org Politisi India dr Partai Penguasanya yg menghina Islam & Nabi Muhammad SAW,” tulisnya.
Baca juga: Berita Foto : Demo Umat Islam Buntut Penghinaan Nabi Muhammad oleh Politisi India
Baca juga: Profil Nupur Sharma, Politisi India yang Tengah Dapat Kecaman karena Komentarnya soal Nabi Muhammad
Diberitakan sebelumnya, beredar kabar bahwa dua politisi partai berkuasa India, Naveen Kumar Jindal dan Nupur Sharma dianggap menghina Nabi Muhammad SAW.
Nupur Sharma, yang merupakan juru bicara partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP), mengeluarkan pernyataannya dalam debat yang disiarkan televisi bulan lalu.
Ia mengeluarkan ucapan yang menghina Nabi Muhammad SAW dan Aisyah RA.
Kemudian Naveen Jindal, yang merupakan kepala media dari unit Delhi partai tersebut, mengunggah cuitan tentang hal yang sama.
Terkait penghinaan tersebut, pemerintah Indonesia pun telah mengecam pernyataan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW oleh dua orang politisi India.
Pernyataan ini dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) lewat Twitter menanggapi ulah dua pejabat senior dari partai yang berkuasa mengeluarkan pernyataan kontroversial tentang Nabi Muhammad SAW.
Pada Senin (6/6/2022), Kemlu RI menyatakan, kritik itu juga telah disampaikan kepada Duta Besar India di Jakarta.
“Indonesia mengutuk keras pernyataan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW oleh dua orang politisi India,”
“Pesan ini telah disampaikan kepada Duta Besar India di Jakarta,” tulis Kemlu RI lewat twitter resmi.
Dikecam oleh 12 Negara Islam, Ancam Hubungan Diplomatik India
Selain Indonesia, kecaman juga dilakukan oleh 11 negara Islam kepada India.
Dikutip dari Tribunnews.com, adapun negara tersebut yaitu:
1. Qatar
2. Arab Saudi
3. Kuwait
4. Yordania
5. Oman
6. Uni Emirat Arab
7. Pakistan
8. Afghanistan
9. Bahrain
10. Maladewa
11. Libya
Adapun penghinaan ini juga mengancam hubungan diplomatik India dengan negara-negara lain.
Hal tersebut dikarenakan pernyataan kontroversial itu terjadi di tengah meningkatkan kekerasan terhadap minoritas Muslim di India, yang mencakup 13 persen dari 1,35 miliar populasi.
Serangan pun dilakukan oleh kelompok nasionalis Hindu.
Di saat kritik dari negara Muslim meningkat, para ahli memperingatkan bahwa posisi India di mata dunia terlebih di daratan Arab, dalam bahaya.
"Pemerintah India seharusnya melihat apa yang akan terjadi dan seharusnya secara proaktif menghentikan semua propaganda, politik, dan aktivitas kebencian ini."
:Sayangnya, partai yang berkuasa mempromosikannya," kata Sudheendra Kulkarni, aktivis politik dan mantan penasihat mantan Perdana Menteri BJP Atal Behari Vajpayee.
"Bukan BJP, tetapi negara yang akan menanggung biaya politik anti-Muslim," imbuhnya.
Di bawah kepemimpinan Modi, India memprioritaskan hubungan dengan negara-negara Arab.
Baca juga: Boikot India Trending Topic Twitter, Buntut Kasus Nupur Sharma yang Diduga Hina Nabi Muhammad SAW
Kerjasama New Delhi dengan negara Teluk berkaitan dengan impor minyak dan devisa, karena sekitar 4 juta WN India bekerja di wilayah tersebut dan mengirim lebih dari 80 miliar dolar AS per tahun.
"Untuk semua alasan ini, India tidak mampu memiliki dunia Arab yang marah dengan India," kata pakar kebijakan luar negeri Manoj Joshi, yang tergabung dengan lembaga think tank Observer Research Foundation yang berbasis di Delhi.
Hubungan India dengan dunia Arab sedang melewati "fase emas", menurut Meena Singh Roy, yang mengepalai West & Central Asia Center di Yayasan Tilottama.
Oleh karena itu, Roy mengatakan India tidak boleh merusak hubungan tersebut.
Sanjay Kapoor, pemimpin redaksi majalah politik Hard News, mendesak para pemimpin negara untuk mengambil tindakan.
"Citra India telah terluka parah dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat diperbaiki dengan diplomasi, tetapi tindakan korektif oleh kepemimpinan politik di India," kata Kapoor
Pemerintah India belum mengomentari protes yang diajukan oleh negara-negara Arab.
Namun Kementerian Luar Negeri India pada Senin mengatakan pernyataan OKI terkait penghinaan ini "tidak beralasan" dan "berpikiran sempit".
Sementara itu, Kedutaan Besar India di Qatar dan Doha mengeluarkan pernyataan yang menyebut ujaran dua politisi BJP tentang Nabi Muhammad tidak mencerminkan pandangan New Delhi.
Rahul Gandhi, pemimpin Partai Kongres oposisi utama India, mengatakan di Twitter bahwa tindakan partai yang berkuasa melemahkan negara di tingkat global.
"Kefanatikan BJP yang memalukan tidak hanya mengisolasi kami, tetapi juga merusak posisi India secara global," kata Ghandhi.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Ika Nur Cahyani)