Puan Dukung Penguatan Alutsista TNI AU, Pengamat Militer: Harus Dibarengi Pengembangan SDM
Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai jika capaian MEF TNI AU saat ini masih kecil.
Penulis: Reza Deni
Editor: Whiesa Daniswara
Dia menyontohkan, korelasi antara perang Rusia - Ukraina dan pertahanan Indonesia. Banyak alutsista yang berasal dari Rusia, misalnya Pesawat Sukhoi, ada ketergantungan untuk pemeliharaan dan perawatannya.
Pada awal tahun ini, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengemukakan konsep Plan Bobcat, yaitu TNI AU berupaya membangun airpower-nya demi menjaga kedaulatan nasional dan meningkatkan peran Indonesia di Asia Tenggara dan kawasan Indo Pasifik.
Ada tiga variabel untuk mendukung pembangunan airpower yang dijabarkan dalam Plan Bobcat.
Ketiganya mencakup organisasi, teknologi, dan kesiapan operasi.
Buatan dalam Negeri
Sementara itu, Anastasia selaku Kepala Riset Pertahanan dari Semar Sentinel mengungkapkan bahwa saat ini, Indonesia telah memiliki Defend.id, yaitu holding dan program strategis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Industri Pertahanan.
Terdiri dari 5 BUMN yang bergerak dalam bidang alutsista, yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT Len Industri, PT Pindad, dan PT Dahana.
Keterlibatan perusahaan negara itu dalam bisnis pertahanan akan menggerakkan ekonomi dalam negeri.
Perusahaan BUMN dinilai bisa dimaksimalkan untuk pengadaan alutsista.
Jika dikerjakan dalam negeri, maka perekonomian nasional bisa ikut tergerak dari bisnis pertahanan ini.
“Indonesia punya dasar hukum untuk mendukung dampak sektor pertahanan dalam perekonomian, terkhusus mendorong perekonomian,” kata dia
Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2012 mengenai Industri Pertahanan, secara lengkap dituliskan, bahwa Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta baik secara sendiri maupun berkelompok yang ditetapkan oleh pemerintah untuk sebagian atau seluruhnya menghasilkan alat peralatan pertahanan dan keamanan, jasa pemeliharaan untuk memenuhi kepentingan strategis di bidang pertahanan dan keamanan yang berlokasi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Pemerintah perlu memilih semacam supplier yang hanya tidak hanya menjual tetapi juga program offset yang ditawarkan mendukung pemulihan ekonomi di indonesia, dalam hal ini menguntungkan,” ungkap Anastasia.
Pemerintah tidak hanya membeli alutsista dari luar negeri, namun juga ada transfer teknologi yang mana nantinya teknisi dalam negeri bisa belajar dari sana.
“Ada macam macam sumber, namun mereka hanya menjual alutsistanya, padahal yang kita butuhkan teknologinya, selain bisa menyerap dan juga bisa engineer kita bisa belajar dari pembuatan alutsista itu sendiri,” kata Anastasia.