Puan Maharani Sebut DPR Akan Bahas RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak, Cuti Melahirkan 6 Bulan?
Menurut Puan, pihaknya memperjuangkan RUU itu karena melihat pentingnya kedekatan ibu dan anak sesudah dilahirkan.Termasuk bahasan cuti hamil.
Penulis: Reza Deni
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus Ketua DPR Puan Maharani menyatakan pihaknya sedang memperjuangkan Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA).
Menurut dia, kedekatan ibu dan anak sangatlah penting.
Baca juga: Puan Tak Masalah NasDem Pilih Ganjar Jadi Bakal Capres: PDIP Bisa Koalisi dengan Siapapun
“Di DPR RI kami sedang memperjuangkan UU Kesejahteraan ibu dan anak. Yang mana nantinya ibu melahirkan itu cutinya itu Insyaallah dari 3 bulan jadi 6 bulan,” kata Puan dalam keterangan yang diterima, Minggu (19/6/2022)
Puan mengatakan teknis pembuatan RUU itu akan dikomunikasikan lebih lanjut. Yang jelas, hal itu akan dibahas antara DPR dan Pemerintah.
Menurut Puan, pihaknya memperjuangkan RUU itu karena melihat pentingnya kedekatan ibu dan anak sesudah dilahirkan.
Termasuk pembahasan tentang cuti untuk ibu hamil yang akan melahirkan.
Baca juga: Saat Ibu Hamil 9 Bulan Curhat ke Puan Maharani Karena Kebobolan
“Cuti 3 bulan memang cukup, tetapi kalau bisa 6 bulan, kenapa tidak. Dan 3 bulan selanjutnya, apakah nanti itu WFH, tetap bekerja, tapi bersama bayinya. Ini penting. Sehingga kedekatan antara ibu dan anak bisa lebih dekat, bisa lebih memberikan ASI,” ujar dia
Dengan RUU itu, Puan mengatakan pihaknya juga menyasar peran ayah dalam mengurus serta membesarkan anak lebih diberikan.
Para ibu juga akan bisa bekerja sembari mengurus anaknya.
"Jadi kita dukung ya itu semua,” kata Puan.
Sementara Kepala BKKBN yang hadir di acara itu, Hasto Wardoyo, menyatakan Pemerintah berterima kasih kepada PDIP yang selalu memberikan perhatian yang luar biasa terhadap penanganan stunting, kesehatan ibu dan anak khususnya oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Ibu Megawati Soekarnoputri membuat buku yang luar biasa, ini adalah buku resep makanan baduta dan ibu hamil dari Ibu Megawati. Iya, luar biasa,” kata Hasto.
Kata Hasto, stunting bisa dikenali dengan orang yang pendek, walau orang pendek belum tentu stunting. Namun stunting memiliki setidaknya tiga kerugian.
“Satu, stunting itu pendek, jadi susah bersaing. Mau jadi TNI, Polri juga susah. Mau naksir pramugari juga ragu-ragu karena kita nggak pede. Kemudian stunting itu daya ‘dong' (memahami,red) nya rendah," kata dia.
"Jadi ya sulit untuk menjadi cerdas. Kemudian ketiga, mudah sakit-sakitan. Kalau orang stunting itu di umur 45 tahun itu sudah sentral obbess atau bengkak atau gemuk tapi di tengah. Orang yang gemuknya di tengah, mudah kena penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, stroke, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak berkualitas,” beber Hasto.
Pada titik itulah pendidikan dan pemberdayaan para ibu dalam membesarkan anak, sangatlah penting.
Karenanya, sesuai arahan Presiden Jokowi, anak stunting harus dicegah. Targetnya di tahun 2024 bisa mencapai 14 persen, dimana saat ini angkanya masih 24,4 persen.