Kemendikbud Pastikan 4 Juta Eksemplar Buku yang Dikirim ke Daerah 3T Sesuai Kebutuhan Anak
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa meluncurkan program pencetakan dan pengiriman buku pengayaan pendukung ke daerah tertinggal, terdepan, terluar
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Wahyu Aji
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) meluncurkan program pencetakan dan pengiriman buku pengayaan pendukung ke daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) regional satu untuk wilayah Sumatera.
Upaya tersebut dilakukan dalam rangka mendukung Gerakan Literasi Nasional (GLN). Kemendikbudristek menggandeng PT Gramedia sebagai perusahaan pencetak buku, sedangkan PT Pos Indonesia ditunjuk untuk pendistribusian buku ke daerah 3T.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz mengatakan penyediaan buku ini akan bermanfaat bagi anak-anak yang menerimanya.
Ia pun memastikan bahwa pemberian buku itu telah dipertimbangkan sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan anak.
“Penyediaan buku ini akan bermanfaat untuk memastikan bahwa buku yang dibaca oleh anak itu sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri,” kata Prof. E. Aminudin Aziz di Percetakan Gramedia Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (12/7/2022).
“Jangan sampai anak membaca sebuah teks yang tidak bisa dimengerti. Karena misalnya kompleksitas dari kosakata, kemudian dari struktur kalimat, kemudian dari ilustrasinya,” lanjutnya.
Selain itu, buku yang diberikan juga telah disesuaikan dengan jenjang akademis bagi penerimanya, dalam hal ini adalah anak usia dini dan Sekolah Dasar (SD). Sehingga, sambung dia, anak-anak dapat membaca sesuai dengan kelompok usianya.
“Ini juga akan memberikan manfaat untuk perkembangan kognitif mereka, sehingga anak itu akan berkembang sesuai dengan keharusan mereka berkembang.”
“Jangan sampai anak-anak yang harusnya berkembang pada tahap permulaan sudah dipaksa untuk berkembang pada tingkat tinggi.”
Baca juga: Dongkrak Literasi, Kemendikbudristek Gandeng Gramedia dan Pos Indonesia Kirim 4 Juta Buku ke Daerah
Ketidaksesuaian materi bacaan, sambung dia, akan terlalu memaksa anak berpikir sehingga menimbulkan efek cepat lelah dan cepat bosan.
Sebab, lanjut dia, anak-anak umumnya belum memahami struktur kalimat seperti layaknya orang dewasa.
Gerakan Literasi Nasional Tanggung Jawab Semua Pihak
Lebih lanjut Aziz mengatakan Gerakan Literasi Nasional ini bukan hanya tanggung jawab Kemendikbudristek, melainkan perlu adanya sinergi dengan semua pihak.