Pakar Epidemiologi: Monkeypox Tidak Hanya Menyerang Pria Penyuka Sesama Jenis
Beredar kabar jika penyakit cacar monyet atau Mongkeypox lebih rentan bagi pria penyuka sesama jenis.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beredar kabar jika penyakit cacar monyet atau monkeypox lebih rentan bagi pria penyuka sesama jenis.
Menurut pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman, monkeypox memang berisiko menular melalui hubungan intim.
Pada kelompok ini, kebanyakan mereka memiliki jaringan dengan interaksi yang cukup tinggi.
"Tapi sekali lagi harus diluruskan, penyakit monkeypox bukan yang hanya diidap oleh kelompok ini. Tapi mereka memiliki prevalensi tertinggi. Karena kluster dari kelompok itu," kata Dicky Budiman kepada Tribunnews.com, Selasa (12/7/2022).
Saat ini juga sudah ada perempuan yang terkena Monkeypox.
Baca juga: Karakteristik Monkeypox atau Cacar Monyet, Bisa Sembuh Sendiri setelah Masa Inkubasi Selesai
Tapi proporsinya lebih sedikit.
Sehingga, langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah menjalin kerja sama dengan lembaga masyarakat terkait untuk mencegah penularan penyakit monkeypox.
Tujuannya untuk meningkatkan literasi sekaligus kemampuan deteksi dini dan mempersiapkan layanannya.
Selain itu, dalam mempersiapkan layanan, tenaga kesehatan juga harus terdidik.
Baca juga: Kementerian Kesehatan Siapkan Dua Laboratorium untuk Deteksi Dini Monkeypox
"Karena kelompok ini tertutup. Dengan stigma cukup kuat, membuat semakin tidak terdeteksi. Makanya ini juga akan punya potensi karena ada yang juga biseksual, pekerja seks komersial dan ke populasi umum," katanya
Karena itu, potensi paparan dan kontak fisik harus dikurangi.
Dengan cara memproteksi diri dan termasuk kesiapan vaksin.
Selain, diperlukan juga survelens genomic.
Baca juga: Ahli: Peringatan Populasi Rentan Monkeypox Tidak Boleh Menstigma Kelompok Tertentu
"Karena ada kemungkinan karakter virus mengalami perubahan. Sehingga bisa bermanefisetasi dalam bentuk klinis," kata Dicky.
Perhimpunan dokter spesialis kulit kelamin, penyakit dalam, dan public health harus diikutsertakan masing-masing pemerintah daerah.
"Jangan reaktif, tapi responsif," ujarnya.