Kasus Pemalsuan Air Galon Isi Ulang Terus Berulang, YLKI: Keamanan Produk Asli Diragukan
Baru-baru ini, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kasus pemalsuan air galon isi ulang.
Penulis: Matheus Elmerio Manalu
Editor: Firda Fitri Yanda
“Dua orang anak buahnya mempersiapkan dan membersihkan galon, untuk selanjutnya diisi dengan air depo. Pelaku lainnya bertugas mengganti tutup galon dengan tutup galon air mineral merek ternama yang sudah dibeli dengan harga 5.000 per satuan,” kata AKBP Eko.
Dijelaskan juga oleh AKBP Eko, bahwa para pelaku bisa memproduksi kurang lebih 100 galon atau dalam satu bulan bisa memproduksi sebanyak 2.500 galon. Bahkan mereka sudah beroperasi selama dua tahun.
“Mereka menjual galon yang sudah ditempel merek dan tutup botol kemasan merek ternama dengan harga Rp16.000 per galon, padahal modal isi ulangnya cuma Rp5-6 ribu. Jika ditotal, komplotan pengoplos galon ini meraup keuntungan hingga mencapai Rp28 juta per bulan. Aktivitas pengoplosan ini sudah berlangsung selama dua tahun,” jelasnya lagi.
Namun, dalam penangkapan itu, inisial SS yang merupakan pemasok tutup botol galon merek ternama yang digunakan untuk mengelabui konsumen masih dalam pencarian dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Kasus pemalsuan air isi ulang ternyata juga terjadi di India pada tahun 2006 dan 2008. Modus pelaku adalah mengisi air keran ke botol bekas kosong lalu dijual ke pasaran dengan harga murah.
Koran The Hindustan Times secara gamblang menggambarkan praktik bisnis ini dengan kalimat “... sangat laku terjual saat musim kemarau tiba dan amat sangat menguntungkan sebab pembuatannya tidak memerlukan modal besar.”
The Hindustan Times juga mengatakan bahwa sikap abai para pembeli pada segel tutup botol di air botolan membuat bisnis air botolan palsu ini laku keras di India.
Di Indonesia, praktik pengoplosan air minum ini bahkan hingga memakan korban. Pada tahun 2018, air galon palsu membuat seorang korban bernama Andi (15) menderita diare parah dan muntah-muntah sampai dirawat di Rumah Sakit.
Remaja yang tinggal di sebuah kompleks perumahan di Tangerang, Banten, ini meminum air mentah yang bersumber dari air galon mineral palsu yang diproduksi tetangganya sesama penghuni kompleks perumahan.
Di Indonesia, lebih parahnya lagi, komplotan pengoplos sudah biasa memasukkan air keran dan air sumur ke dalam galon air minum isi ulang.
Bahkan untuk kemasan botolan, para pelaku nekad mengisi air yang sumbernya dari tempat-tempat berbahaya, seperti sumur, sungai, bahkan air got. Para pelaku bahkan berani memasukkan bahan kimia, seperti borak dan tawas agar air terlihat jernih dan bersih.
Praktik ini, menurut YLKI tentu saja sangat merugikan konsumen. Namun karena potensi bisnisnya yang mudah, murah, dan cepat memberikan keuntungan besar, para pelaku pun tidak pernah jera, sehingga kejadian pemalsuan air galon isi ulang terus berulang.
Maka dari itu, YLKI meminta agar berbagai pihak perlu bekerja sama untuk mencegah agar kasus-kasus pemalsuan air mineral tidak kembali terulang dan meredam kecemasan masyarakat.