Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Novel Baswedan Cerita Beratnya Lawan Pembalakan Liar Saat Jadi Kapolsek 20 Tahun Silam

Novel Baswedan menceritakan beratnya melawan pembalakan liar saat menjadi Kapolsek 20 tahun silam dalam sebuah diskusi bertema integritas.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Novel Baswedan Cerita Beratnya Lawan Pembalakan Liar Saat Jadi Kapolsek 20 Tahun Silam
Tribunnews.com/Gita Irawan
Mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dalam diskusi Netizen Gathering bertajuk Belajar Integritas di Gedung Joang '45 Jakarta Pusat pada Minggu (7/8/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menceritakan beratnya melawan pembalakan liar saat menjadi Kapolsek 20 tahun silam dalam sebuah diskusi bertema integritas.

Novel mengungkapkan pada tahun 2002 ia ditugaskan menjabat Kapolsek di sebuah daerah yang sangat luas dan pedalaman.

Ketika itu, ia pun berjalan ke pinggir hutan dan bertemu dengan warga di sana.

Saat itu, kata Novel, ia kemudian bertanya kepada warga perihal apa yang bisa dilakukannya untuk membantu mereka.

Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi Netizen Gathering bertajuk Belajar Integritas di Gedung Joang '45 Jakarta Pusat pada Minggu (7/8/2022).

"Saya melihat sendiri bagaimana hidup mereka sangat susah gara-gara illegal logging banyak. Dan kemudian mata pencaharian mereka yang berladang kemudian harus menjadi berat karena dia harus mengeluarkan biaya tambahan karena tanahnya rusak," kata Novel.

Berita Rekomendasi

"Dan hasil panennya dia harus angkut dengan biaya tambahan karena debit airnya sudah turun. Sehingga saya lihat sendiri hidupnya mereka hanya untuk makan saja. Hanya untuk makan. Anak-anaknya tidak ada yang sekolah," sambung Novel.

Setelah mendengar cerita warga dan menyaksikan kehidupan mereka, Novel pun berjanji kepada mereka untuk melawan semua pelaku illegal logging atau pembalakan liar dengan sungguh-sungguh.

"Ternyata, melawan itu berat. Dan akibatnya saya mendapatkan banyak kesusahan di tengah-tengah perlawanan itu. Bahkan kemudian saya sampai berpikir, saya teruskan tidak. Atau sudah deh, saya masa bodoh saja, toh juga bukan kewajiban saya pribadi," ungkap Novel.

Namun demikian, Novel mendapatkan pelajaran berharga dalam hidupnya setelah ia ingat betapa susahnya warga tersebut akibat praktik-praktik kejahatan, korupsi, dan penyimpangan yang ada.

Baca juga: KPK Ungkap Kejanggalan Pernyataan Novel Baswedan Ditemui Firli Bahuri di Toilet: Berhenti Memfitnah

"Kalaupun saya mendapatkan kesusahan itu tidak seberapa dibanding mereka. Itu jadi pembelajaran buat saya. Dan begitu seterusnya sehingga saya mengalami beberapa pembelajaran dalam hidup dan kemudian saya semakin melihat bahwa ternyata akan optimal kita untuk berbuat sesuatu, kalau kita jangan berpikir untuk hasilnya hasilnya begini begitu dan lain-lain," kata Novel.

Menurut Novel hal tersebut penting karena jika dalam berbuat kebaikan hanya berorientasi kepada hasil, maka ia akan mudah putus asa.

Oleh karena itu, menurutnya kebaikan tetap perlu terus diupayakan kalaupun belum berhasil.

"Toh juga setiap perbuatan kita, kebaikan yang kita lakukan, masing-masing dapat pahala. Tidak berhasil, harus berpikir baik husnudzon. Jangan-jangan kalau kita berbuat satu tidak cukup, suruh ulangi lagi jadi dua, biar pahalanya double. Kita berbuat terus, dan tenang," kata Novel.

"Jangan berpikir kemudian begitu gagal kita marah, terus berraksi yang tidak produktif. Untungnya tidak ada, konyol iya. Ini yang penting untuk kita pahami," sambung Novel.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas