Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Harga Mie Instan Naik hingga 3 Kali dari Harga Normal

Buntut dari perang antara Rusia dan Ukraina jadi penyebab naiknya harga gandum yang berpengaruh pada kenaikan harga mi instan.

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Harga Mie Instan Naik hingga 3 Kali dari Harga Normal
Gambar oleh soochun yuk dari Pixabay
Ilustrasi olahan mi instan - Buntut dari perang antara Rusia dan Ukraina jadi penyebab naiknya harga gandum yang berpengaruh pada kenaikan harga mi instan. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan harga mie instan akan naik tiga kali lipat.

Hal tersebut ia ungkapkan dalam "Webinar Strategi Penerapan GAP Tanaman Pangan Memacu Produksi Guna Antisipasi Krisis Pangan Global" Senin (8/8/2022).

Ia mengatakan, perang Ukraina dan Rusia jadi penyebab kenaikan harga.

Dua negara tersebut merupakan pemasok gandum terbesar di dunia dan akibat perang, gandum yang bisa diekspor, kini tak bisa keluar dari dua negara tersebut.

"Kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum ngga bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat," kata Syahrul.

Akhir bulan Juli lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengingatkan pada seluruh pihak untuk mewaspadai pasokan pangan, terlebih untuk komoditas gandum.

Baca juga: Kapal Gandum Ukraina Ditolak Pembeli di Lebanon

Diketahui, Indonesia merupakan importir gandum.

BERITA REKOMENDASI

Gandum juga merupakan bahan baku roti hingga mie instan.

Jokowi juga mengingatkan, harga pangan tersebut berpotensi naik imbas dari konflik Rusia dan Ukraina.

Dua negara tersebut juga menjadi penghasil gandum di passar global.

"Ini hati-hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi (instan), bisa harganya naik. Karena apa? Ada perang di Ukraina," kata Jokowi.

Mengutip Kompas.com, gandum sendiri bukan produk Indonesia, jadi pemerintah tak bisa mengendalikan kenaikan harganya.


Renata Puji selaku Manager Program Agroekosistem yayasan keanekaragaman hayati Indonesia (Kehati) mengatakan bahwa bahan baku gandum bisa diganti dengan sumber pangan lokal.

"Indonesia 100 persen impor gandum. Gandum itu tidak ditanam di Indonesia, tetapi Indonesia punya sumber-sumber karbohidrat yang bisa digunakan sebagai tepung-tepungan," ujar Renata.

Beberapa bahan pangan yang bisa menggantikan misalnya tepung dari umbi-umbian, singkong, sorgum, atau jenis serelia lainnya.

"Kalau ngomongin gandum itu kan tepungnya, tepung yang sekarang itu diimpor 100 persen. Ketergantungan Indonesia sangat tinggi. Orang Indonesia kalau enggak makan gandum kayaknya enggak oke, lalu harga murah karena ada subsidi," imbuhnya.

Ia juga menambahkan bahwa pemerintah telah membuat kebijakan agar produsen mie instan yang menggunakan gandum diminta untuk memakai 10 persen tepung lokal.

"Artinya, sekarang saatnya kita kembali menggunakan sumber-sumber tadi. Tepung-tepung yang ada untuk mengurangi gandum," pungkasnya.

(Tribunnews.com, Renald)(Kompas.com, Zintan Prihatini)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas