Polemik Harga BBM Malaysia Vs Indonesia, BHS Minta Menteri BUMN Tetap Fokus Cari Solusi untuk Rakyat
Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengomentari perbadingan harga BBM di Malaysia dan Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir dan Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga yang meminta masyarakat untuk tidak membandingkan Pertamina dengan Petronas, ditanggapi serius oleh Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono (BHS).
Menurut BHS yang membandingkan Pertamina dengan Petronas adalah Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Sebagaimana komentarnya di media, Nicke Widyawati mengatakan subsidi Pertronas jauh lebih besar dibanding Pertamina.
"Untuk membuktikan pernyataan Dirut Pertamina, saya meluncur ke Malaysia dan terungkap fakta bahwa harga BBM di Malaysia jauh lebih murah dan subsidinya lebih kecil dari Pertamina di Indonesia. Rupanya Menteri BUMN terlalu sibuk di luar BUMN sehingga tidak memonitor apa yang dikomentari Dirut Pertamina di media," kata Bambang Haryo Soekartono, Rabu (10/8/2022).
Baca juga: Daftar Harga BBM di SPBU Pertamina dan Shell di Seluruh Wilayah Indonesia
Anggota DPR-RI Periode 2014-2019 ini menjelaskan bahwa Petronas masih sama dengan pertamina yaitu menggantungkan BBM Impor dari Negara Saudi Arabia, Brazil, Australia, Amerika, United Arab Emired (UAE).
Oleh karena itu, kata dia, pernyataan Menteri BUMN bahwa Petronas memproduksi minyak sendiri tidak berdasarkan kajian yang tepat.
"Perlu diketahui sebagian besar harga gasoline Oktan 95 di beberapa negara penghasil minyak di dunia jauh lebih kecil dari harga gasoline Oktan 95 yang ada di Indonesia," ujar BHS.
Dia mencontohkan urutan 1 Venezuela harga 0,022 USD atau setara dengan Rp 299 dengan jumlah penduduk 28 juta.
Urutan 2 Liibya harga 0.031 USD setara dengan Rp 463, urutan 3 Iran 0,053 USD setara dengan Rp 792, urutan 9 Malaysia 0,46 USD setara dengan Rp 6.881, urutan 10 Irak 0,51 USD setara dengan 7.690.
BHS yang merupakan alumni ITS Surabaya ini mengatakan negara bukan penghasil minyak banyak yang lebih murah dari Indonesia misalnya urutan ke-36 Taiwan 1,028 USD setara dengan 15.378, urutan 37 Burma 1,039 USD setara dengan Rp. 15.540, urutan 40 Maldive 1,071 USD setara dengan 16.022, urutan 45 Vietnam 1,121 USD setara dengan 16.770, urutan 50 adalah Indonesia 1,167 USD setara dengan Rp. 17.540.
"Dengan kata lain berarti ada 49 negara yang menjual bahan bakar oktan 95 lebih murah dari Indonesia," kata BHS dengan mengutip sumber data globalpetrolprices.com.
Oleh karena itu BHS mengatakan tidak benar kalau ada yang mengatakan harga BBM yang ada di Indonesia adalah yang termurah di dunia.
"Padahal Indonesia termasuk penghasil minyak dan gas yang sumur minyaknya terbanyak dan terbesar di Asia Tenggara. Kenapa harga BBM-nya bisa sangat mahal," kata BHS.
Lucunya lagi, sambung BHS, Staf Khusus Menteri BUMN yang mengatakan harga BBM di Malaysia lebih murah dari Indonesia karena jumlah penduduknya lebih sedikit dari Indonesia, inipun tidak berdasar kajian dan data yang benar.
"Sebagai misal Singapura yang mempunyai penduduk 5,6 juta yang jauh lebih kecil dari penduduk Indonesia maupun penduduk Malaysia yang jumlahnya 33,37juta, harga BBM Singapura Oktan 95 adalah 2,022 USD setara dengan Rp.30.200,- yang tentu jauh lebih mahal dari harga di Indonesia maupun di Malaysia, sehingga tingginya harga BBM di suatu negara tidak ada korelasinya dengan jumlah penduduk tetapi sangat berhubungan dengan kemampuan daya beli masyarakat di negara tersebut," ungkap BHS.
Anggota Dewan Pakar Partai Gerindra ini mengatakan di Singapura walau harga BBM 2 kali lipat lebih tinggi dari Indonesia tetapi UMR negara itu juga tinggi sebesar 5.000 SGD setara dengan Rp 53 juta.
Sedangkan di Indonesia UMR berkisar Rp 2- 4,7 juta dan bahkan masih ada wilayah yang mempunyai UMR dibawah Rp 2 juta misalnya Sragen Rp. 1.839.000, Banjarnegara Rp.1.819.000, dan lain lain, mayoritas 90 persen UMR wilayah di Indonesia di bawah UMR Rp 3 juta.
"Maka pemerintah Indonesia seharusnya menerapkan tarif harga BBM yang realistis sesuai dengan harga beli impor seperti halnya di Malaysia dan baru subsidinya disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat Indonesia," ujar BHS.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Polemik Harga BBM Malaysia vs Indonesia, Bambang Haryo: Menteri BUMN Erick Thohir Harus Sensitif