Sampaikan Visi-Misi, KIB Dinilai Jadi Pionir Ciptakan Kompetisi Berbasis Gagasan
Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menyoroti agenda Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menyoroti agenda Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang akan menggelar konsolidasi kedua di Surabaya, Jawa Timur, pada 14 Agustus 2022 mendatang.
Diketahui, acara tersebut akan menyampaikan visi misi dari tiga partai politik (parpol) koalisi, yakni, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
dia menilai penyampaian visi misi menunjukkan keseriusan KIB dalam menyongsong Pemilu 2024.
Selain itu juga menempatkan adanya proyeksi politik yang hendak diambil KIB.
"Upaya ini adalah bagian dari membentuk kompetisi yang sehat dengan mengajukan ide dan gagasan sebagai daya pikat bagi pemilih maupun kontrak politik bagi kandidat yang mau diusung nanti," kata Wasisto saat dihubungi.
Wasisto juga menilai, visi misi yang akan disampaikan KIB menunjukkan kebulatan tekad dalam berkompetisi di Pilpres mendatang.
Selain itu, penyampaian visi misi oleh KIB menjadi pionir dalam menciptakan kompetisi pemilu berbasis gagasan daripada identitas.
Wasisto tak menyangkal penyampaian visi misi di awal akan mendapat kritik dan diperdebatkan oleh rival. Namun perdebatan itu menjadi indikator dalam melihat soliditas internal.
"Serta penerimaan publik soal ide koalisi, dan juga ketahanan koalisi dalam menghadapi rival. Sebagai pionir akan banyak tantangan baik dari sesama rival maupun publik," kata Wasisto.
Baca juga: Gelar Konsolidasi di Surabaya, KIB Satukan Langkah Politik Menuju Pilpres 2024
Harusnya kata Wasisto, penyampaian visi misi di awal waktu patut ditiru oleh partai atau koalisi lainnya. Hal itu juga bagian dari upaya edukasi politik bagi pemilih agar juga bisa kritis dan evaluatif dengan setiap gagasan per koalisi.
"Pergeseran demografi pemilih yang kini didominasi pemilih muda yang rasional, tentu akan lebih suka pertarungan gagasan daripada identitas yang memecah belah," kata Wasisto.