PROFIL Frans Kaisiepo, Pahlawan dari Papua yang Muncul di Uang Kertas Rp10.000
Profil Frans Kaisiepo, Pahlawan dari Papua yang muncul di uang kertas Rp10.000. Frans Kaisiepo berjuang saat masa penjajahan Belanda.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Inilah profil Frans Kaisiepo, tokoh pahlawan Papua yang muncul dalam uang pecahan Rp10.000.
Frans Kaisiepo lahir pada 10 Oktober 1921 di Wardo, Biak, Papua.
Ia merupakan tokoh yang sangat berjasa dalam menyatukan Papua dengan Indonesia.
Namanya mungkin terdengar asing bagi sebagian besar orang di Indonesia.
Namun, di Papua, Frans Kaisiepo yang merupakan Gubernur keempat Provinsi Papua adalah pahlawan dalam melawan kependudukan Belanda di tanah Papua.
Berikut ini kisah perjuangan Frans Kaisiepo untuk tanah Papua, dikutip dari laman DJPB Kemenkeu.
Baca juga: Uang Baru TE 2022 Bank Indonesia dan Penjelasan Arti Desainnya
Pada 31 Agustus 1945, ketika Papua masih diduduki Belanda, Frans Kaisiepo menjadi tokoh yang menegakkan eksistensi Republik Indonesia di Papua.
Bahkan, ia adalah orang pertama yang mengibarkan Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua.
Pada Juli 1946, Frans Kaisiepo menjadi utusan Nederlands Nieuw Guinea dan satu-satunya orang asli Papua pada Konferensi Malino di Sulawesi Selatan.
Ia menentang keras niat Belanda yang ingin menggabungkan Papua dengan Maluku dan menjadikan Papua bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT).
Frans bersikeras bahwa wilayah Papua seharusnya dipimpin oleh orang-orang Papua sendiri daripada dipimpin oleh orang lain.
Baca juga: Mengenali Tujuh Pecahan Uang Baru TE 2022, Berikut Ciri-ciri Keasliannya
Mengusulkan Nama Irian
Selain itu, Frans Kaisiepo juga mengusulkan agar nama Papua atau Nederlands Nieuw Guinea diganti dengan ‘Irian’ yang berasal dari bahasa asli Biak yang berarti “Cahaya yang mengusir kegelapan”.
Hal ini dilatar belakangi oleh kata Papua yang merupakan awalnya merupakan sebutan pua-pua yang artinya “keriting”.
Frans merasa bahwa sebutan ini merendahkan orang-orang lokal Papua dan berkehendak untuk menghentikan sebutan itu.
Kata Irian kemudian dipolitisasi kelompok nasionalis Indonesia di Papua sebagai akronim dari “Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands”.
Perjuangan Frans Kaisiepo di bidang politik terus berlanjut.
Mendirikan Partai Indonesia Merdeka
Kemudian, pada tahun 1946, Frans Kaisiepo mendirikan Partai Indonesia Merdeka di Biak.
Frans terus memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tanah Papua meski Indonesia telah resmi memproklamirkan kemerdekaannya.
Karena perlawanannya terhadap Belanda, Frans Kaisiepo dipenjarakan oleh Belanda pada tahun 1954-1961.
Pada tahun 1961, Frans Kaisiepo mendirikan partai Irian Sebagian Indonesia (ISI) yang bertujuan untuk menuntut penyatuan Papua dengan Republik Indonesia.
Pada tahun yang sama, Presiden Soekarno membentuk Tiga Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961.
Melalui ISI, Frans membantu pendaratan sukarelawan Indonesia yang diterjunkan ke Mimika.
Baca juga: CARA Tukar Uang TE 2022 secara Online dan Rincian Paket Penukaran dengan Nominal Rp200.000
Hasil Trikora Bebaskan Papua dari Belanda
Hasil utama dari Trikora adalah Perjanjian New York pada tanggal 1 Mei 1963 yang memutuskan wilayah Papua dikembalikan dari Kerajaan Belanda ke Indonesia.
Pemerintah RI kemudian menggunakan nama warisan dari Frans Kaiseipo, yaitu Irian Barat.
Pada tahun 1969, Irian Barat berganti menjadi Irian Jaya, yang kemudian berganti nama menjadi Papua pada tahun 2001.
Prestasi Frans Kaisiepo
Atas upayanya mempersatukan Papua dengan Indonesia, Frans Kaiseipo terpilih menjadi anggota parlemen untuk Papua pada pemilihan Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 1973.
Ia diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1977 sebagai wakil untuk urusan Papua.
Frans Kaiseipo meninggal dunia pada 10 April 1979.
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Biak.
Atas jasa-jasanya kepada negara Indonesia, Frans Kaisiepo dianugerahi penghargaan Bintang Maha Putra Adi Pradana Kelas Dua.
Selain itu, nama Frans Kaisiepo juga diabadikan menjadi nama kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Frans Kaisiepo dengan nomor seri 368 dan bandar udara internasional di Pulau Biak, Papua.
Penghargaan setinggi-tingginya diberikan kepada Frans Kaisiepo Pada tahun 1993, berdasarkan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993 nama Frans Kaisiepo ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia dari Papua.
Bahkan, potret dirinya dipajang dalam lembaran uang rupiah emisi 2016 bernilai Rp10.000.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Arti Desain Uang Baru TE 2022