Nurul Arifin Heran Masih Banyak Stigma Negatif dari Masyarakat soal Partai Politik
Nurul Arifin menegaskan kepada masyarakat untuk tidak men-generalisasi seluruh parpol dan sembarang menilai.
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Nurul Arifin mengaku kaget atas banyaknya stigma dan label negatif dari masyarakat saat ditanya pandangan mereka soal partai politik atau parpol.
Ia menegaskan kepada masyarakat untuk tidak men-generalisasi seluruh parpol dan sembarang menilai.
Ia bahkan menambahkan supaya masyarakat bergabung dalam parpol untuk tahu bagaimana kondisi dari sisi internalnya.
"Jangan judge. Masuk parpol dulu baru tahu perjuangan. Saya lihat label-label (negatif) yang saya sendiri agak kaget," ujar Nurul dalam diskusi daring Persiapan Partai Politik Menjelang Pemilu 2024: Tantangan dan Peluang, Kamis (25/8/2022).
Baca juga: Sekjen Golkar: Nama Capres di Chapter Akhir Bagian dari Strategi
Saat diskusi hendak dimulai, para peserta diberi kesempatan untuk memberi tanggapan tentang partai politik.
Dari tanggapan inilah, cap-cap negatif itu muncul.
Beberapa kata seperti gagal total hingga tidak efektif muncul saat peserta diminta tanggapan ihwal tanggapan.
"Yang pertama gagal total, gagal totalnya di mana? Judge itu harus ada alasan. Kemudian enggak efektif, enggak efektif itu seperti apa," tanya Nurul.
Lebih lanjut Nurul mengatakan jika masyarakat hendak memberi pandangan haruslah yang konstruktif dan positif.
Sebab jika masyarakat berpandangan buruk terus terhadap parpol, ia tidak tahu bagaimana nasib selanjutnya dari demokrasi. Mengingat, seperti kata Nurul, tidak ada demokrasi tanpa parpol.
"Padahal kita tahu parpol jadi syarat untuk sistem demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa parpol," ujarnya.
"Konstruktif, beri yang positif. Jangan buat parpol makin terpuruk, karena parpol di dalam juga susah payah. Jadi jangan generalisasi. Membuat kita berpikir, nanti parpol enggak usah lagi. Terus maunya jadi apa," tambah Nurul menegaskan.