Survei Indikator Politik Sebut 65 Persen Masyarakat Ingin Motif Kematian Brigadir J Diungkap
Indikator Politik Indonesia merilis survei terkait pengungkapan motif atas kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Wahyu Aji
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indikator Politik Indonesia merilis survei terkait pengungkapan motif atas kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J di rumah eks Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Hasilnya, sebanyak 65,6 persen responden dalam survei ingin motif penembakan Brigadir J diungkap ke publik.
Sementara itu sebanyak 29,7 responden setuju motif tidak diungkap Polri untuk menjaga perasaan semua pihak terkait, dan bakal dibeberkan pada persidangan.
Kemudian sebanyak 4,7 responden lainnya tidak tahu/tidak menjawab pertanyaan.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan masyarakat ingin alasan penembakan diungkap setelah sebelumnya dicekoki motif versi Ferdy Sambo
“Motif juga sudah terlanjur nanti saja dibawa ke persidangan. Masalahnya masyarakat ingin motif dibuka,” kata Burhanuddin saat memaparkan hasil survei bertajuk Persepsi Publik terhadap Kasus Sambo: Antara Penegakan Hukum dan Harapan Warga secara virtual, Kamis (25/8/2022).
“Mungkin, ini logika masyarakat, sebelumnya kan kami dicecoki oleh motif versi Pak Samboz . Sekarang kami pingin tahu motif yang sebenarnya apa, dan mereka enggak mau tahu dan mereka minta ke kepolisian,” ujarnya menambahkan.
Ia menuturkan, Kabareskrim Komjen Agus Andrianto telah menyatakan bahwa motif pembunuhan tidak perlu diungkap demi menjaga perasaan semua pihak, untuk selanjutnya dibawa ke persidangan.
Namun kemudian, lanjut dia, jika ditanyakan ke masyarakat maka umumnya publik tidak mau tahu. Dia bilang, masyarakat ingin motif pembunuhan brigadir J segera diungkap ke publik.
“Ini kan jadi isu serius ya. Mengapa, karena sejauh ini kan sepertinya pihak kepolisian baru menyampaikan motif yang tanda kutip menurut versi Sambo dan istrinya.”
“Jadi pihak kepolisian minimal dalam acara rdp kemarin kan belum melihat motif lain dari hasil pemeriksaan berkas dan seterusnya,” tutur Burhanuddin.
Adapun metode survei yang digunakan dalam survei ini adalah random digit dialing (RDD), yang mana memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Sebanyak 1.229 responden dipilih melalui proses tersebut dan divalidasi serta dipindai sasarannya.
Margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.
Baca juga: Kapolri Ungkap Dugaan Motif: Ferdy Sambo Marah dan Emosi Dipicu Masalah Kesusilaan di Magelang
Wawancara responden dilakukan melalui telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Target populasi survei adalah Warga Negara Indonesia berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Kemudian mereka terpilih adalah yang memiliki telepon.