Hasto: Daripada Mencela Sesama Anak Bangsa Sendiri, Lebih Baik Kita Berjuang Seperti Bung Karno
Hasto yang juga Sekjen PDIP ini memaparkan panjang bagaimana Indonesia dibangun berdasar gotong royong seluruh anak bangsa.
Editor: Hasanudin Aco
“Maka Bung Karno menggali seluruh mutiara peradaban Nusantara dan dunia, bagaimana Nusantara tumbuh subur dengan seluruh agama-agama yang ada di dunia, yang menyatu dengan local wisdom, dan berkesesuaian dengan kondisi geografis Nusantara sebagai negara kepulauan. Dari Pancasila itu tegas bahwa pada dasarnya Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan,” sebutnya.
“Yang perlu diketahui apa makna dari Ketuhanan Yang Maha Esa. Bung Karno luar biasa, ketuhanan yang dimaksudkan adalah ketuhanan yang berbudi pekerti. Tidak hanya setiap warga, bahkan negara pun menyembah Tuhan. Dengan cara apa? Sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Apakah Pancasila memperbolehkan atheis? Tidak boleh. Karena bukan hanya setiap warga negara Indonesia, tapi negara pun menyembah Tuhan,” urai Hasto.
Menurut Hasto, kalau Pancasila dalam spirit kelahiran dan falsafahnya dipahami, maka tidak akan ada radikalisme.
Mereka yang bergerak dengan ajaran membenci pihak lain, dan mengajarkan ideologi kegelapan yang anti kemanusiaan, justru tidak memahami hakekat kehidupan yang ber-Tuhan.
“Sebab mana ada agama yang mengijinkan anti kemanusiaan? Untuk itu pahamilah api Islam dan juga makna yang misalnya terkandung dalam logo NU yang penuh dengan makna Islam sebagai rahmatan lil alamin,” kata Hasto lagi.
Lalu bagaimana peran kampus seperti IAIN? Hasto mengatakan kondisi saat ini bisa terjadi karena kita terlalu terpaku pada ke dalam diri sendiri (inward looking), dan bukan berpikir keluar (outward looking). Agama juga berusaha dipisahkan dari ilmu pengetahuan.
Padahal bila demikian, maka akan sulit untuk berkemajuan. Pada titik itulah peran kampus sangat penting di dalam mendidik anak bangsa dan menyiapkan calon-calon pemimpin bagi masa depan.
“Ada disertasi yang menjabarkan tentang prinsip-prinsip ketuhanan yang maha esa, keadilan sosial, kemanusiaan, persatuan dalam perspektif Islam. Semua match. Lalu kenapa sekarang justru ada yang mempertentangkan? Ini karena kita inward looking,” ucap Hasto.
“Jadi daripada mencela pemimpin kita sendiri dan sesama anak bangsa, lebih baik kita berjuang keluar seperti Bung Karno membela kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika, termasuk Aljazair dan Palestina. Itu juga sikap PDI Perjuangan. Maka kami berharap kepada seluruh mahasiswa, gemblenglah Anda untuk menjadj pemimpin bangsa masa depan,” pungkas Hasto.