Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemenkes: Indonesia Punya Potensi Kembangkan Green Pharmacy

Kemenkes menekankan pentingnya Green Pharmacy diterapkan oleh industri farmasi dalam negeri untuk mencapai kemandirian obat.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Kemenkes: Indonesia Punya Potensi Kembangkan Green Pharmacy
Tribunnews.com/ Rina Ayu
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dr Dra Lucia Rizka Andalusia Apt MPharm MARS menekankan pentingnya Green Pharmacy diterapkan oleh industri farmasi dalam negeri untuk mencapai kemandirian obat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dr Dra Lucia Rizka Andalusia Apt MPharm MARS menekankan pentingnya Green Pharmacy diterapkan oleh industri farmasi dalam negeri untuk mencapai kemandirian obat.

Saat ini ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku impor sangat besar.

Padahal, Indonesia memiliki keberagaman tanaman obat.

"Obat herbal merupakan sumber daya kesehatan yang penting. Bisa mencegah penyakit kronis dan menjaga gaya hidup. Banyak negara yang mengakui manfaat obat tradisional dalam sistem kesehatan nasional mereka. Di Cina, penggunaan obat herbal sudah menjadi tujuan utama kesehatan mereka," kata Rizka dalam kegiatan virtual, Selasa (6/9/2022).

Misalnya di Jepang, 50-70 persen obat tradisional telah diresepkan.

Baca juga: Obat Tradisional China Menyebar ke Seluruh Dunia, Industri Farmasi Modern Kini Melirik

Sementara itu, Kantor Regional WHO untuk Amerika (AMOR/PAHO) melaporkan, 71 persen penduduk Chili dan 40 persen penduduk Kolombia menggunakan obat tradisional.

BERITA TERKAIT

Bahkan pemanfaatan obat tradisional juga dilakukan di Perancis 49 persen, Kanada 70 persen, Inggris 40 persen, dan Amerika Serikat 42 persen.

"Inilah kondisi pasar ekspor obat tradisional ke depan, meski ada juga tantangan, seperti kurangnya penelitian maupun dukungan keuangan untuk penelitian tentang pengobatan herbal. Ini seharusnya tidak memperlambat potensi produk herbal, kita harus melihat ini sebagai peluang," kata dia.

Kementerian Kesehatan terus mendukung pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional.

Pemerintah menyediakan dana alokasi khusus bagi pemerintah daerah untuk menggunakan produk lokal.

Baca juga: Guru Besar Farmasi Unpad: Pengawasan Antibiotik di Apotek, Tanpa Resep Tidak Dilayani

"Pentingnya Green Pharmacy. Kami mendorong semua peserta untuk memberikan rekomendasi berkelanjutan kepada pemerintah dan pemangku kepentingan dalam mengoptimalkan peran Green Pharmacy dalam mendukung arsitektur kesehatan global," kata Rizka.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Saintifik Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata menambahkan, sebagai salah satu industri farmasi yang menggunakan bakan baku tanaman obat, produk Green Pharmacy bisa membantu pasien.

Di masa depan, Green Pharmacy menjadi obat integratif untuk pengobatan konvensional, gaya hidup, dan terapi komplementer.

"Sehingga membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik, kualitas hidup menjadi jauh lebih tinggi," kata dia dalam kesempatan yang sama.

Fitofarmaka tidak hanya bermanfaat bagi pasien, tetapi juga para petani yang menyediakan bahan baku untuk produk Green Pharmacy.

"Green Pharmacy adalah obat berbasis bukti sehingga para dokter dapat mempercayai dan meresepkan produknya. Produk alami ini tidak kalah dengan produk konvensional. Produk Green Pharmacy yang baik dapat menggantikan produk yang berbahan kimia," ujar dia.

Dexa Group sendiri telah memproduksi fitofarmaka sejak 2011 dan Stimuno pada tahun 2005.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas