Tangis Pilu Ibu Santri Gontor Tak Ingin Kematian Anaknya Terulang Pada yang Lain, Hentikan Kekerasan
Tangis pilu Soimah (44), ibu dari AM, santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Jawa Timur berharap tak ada kekerasan lagi.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Kasus penganiayaan Santri Gontor disorot. Tangis pilu Soimah (44), ibu dari AM, santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Jawa Timur tak terbendung.
Air mata Soimah terus mengalir saat membaca pernyataan dari terkait kasus penganiayaan Santri Gontor. Ia menyebutkan penyebab kematian AM (17) anak sulungnya.
Baca juga: Santri Pondok Gontor yang Dianiaya hingga Tewas Adalah Ketua Panitia Perkemahan: Ini Kata Kapolres
Didampingi pengacaranya, Titis Rachmawati SH, Soimah berharap kasus Penganiayaan Santri Gontor ini mendapat keadilan atas peristiwa yang menimpa anaknya, seorang santri gontor meninggal dunia diduga karena dianiaya.
"Cukup anak saya saja, jangan sampai ada kekerasan lagi di dunia pendidikan," ucap Soimah seraya menangis pilu saat hadir dalam konfrensi pers di kantor Titis Rachmawati SH Jalan A Rivai Palembang, Selasa (6/9/2022).
Selama konferensi pers berlangsung, Soimah yang terus berurai air mata tak henti memegang erat tangan Rusdi, suaminya. Jelas terlihat pasangan ini saling menguatkan satu sama lain.
Tidak banyak kata-kata yang terucap dari bibir Soimah.
Baca juga: Terkait Kematian Santri Ponpes Gontor Tegaskan Tak akan Menutupi dan Tak Halangi Proses Hukum
Masih dengan terisak menangis, Soimah berujar, menyerahkan seluruhnya proses hukum kepada tim kuasa hukumnya.
"Semoga kondisi ini tidak terjadi lagi ke depannya," kata dia.
Kesedihan Soimah dan keluarga manakala mereka juga terhalang biaya untuk bisa datang ke Ponorogo Jawa Timur, tempat dugaan kekerasan terjadi. Kuasa hukum Soimah.
Titis Rachmawati SH mengatakan, anggota kepolisian dari Polres Ponorogo yang menghubungi perwakilan keluarga dan mengungkapkan sudah ada 7 orang saksi diperiksa atas peristiwa tersebut.
Baca juga: Polisi Gelar Olah TKP Tewasnya Santri Gontor Ponorogo, Difokuskan di Tempat Perkemahan
"Untuk sekarang kasus ini Laporan model A (temuan polisi). Kami masih menunggu perkembangan selanjutnya karena ibu Soimah juga terkendala biaya untuk berangkat ke Jawa Timur.
Tapi jika memang mengharuskan, kami pasti akan ke sana," ujarnya.
Soimah Terluka, Anaknya Dikatakan Sakit Sebelum Meninggal, Padahal Dianiaya
Titis Rachmawati SH mengatakan, sebelum terungkap dugaan tindak kekerasan, ternyata ada surat keterangan kematian menyatakan AM meninggal dunia karena sakit.
"Tidak dijelaskan sakitnya apa, tapi yang jelas kebohongan itulah yang sangat melukai hati bu Soimah (ibu AM) dan keluarga," ujar Titis.
Baca juga: Santri Gontor Meninggal Diduga Akibat Dianiaya, Ponpes Gontor: Ikuti Proses Hukum, Sudah Usir Pelaku
Surat keterangan kematian itu dikeluarkan oleh RS Yasyfin Darussalam Gontor tertanggal Senin 22 Agustus 2022. Dituliskan bahwa AM meninggal dunia pada 22-08-2022 tepatnya pada pukul 06.45 WIB yang juga dilengkapi dengan tanda tangan dokter berinisial MH.
Akan tetapi, Soimah dan keluarga bukan main dibuat terkejut saat melihat langsung kondisi jenazah AM setibanya di rumah duka tepatnya di kota Palembang.
Tubuh kaku remaja itu jelas menggambarkan adanya dugaan tindak pidana kekerasan yang sudah dia alami.
"Itu yang sangat kita sayangkan. Sudah tahu terjadi tindak penganiayaan tapi kenapa dibuat, dikemas ada surat keterangan kematian yang menyatakan dia meninggal karena sakit," ucap Titis.
Baca juga: Awalnya Disebut Kelelahan, Santri Gontor Ternyata Tewas karena Penganiayaan
Lanjut dikatakan, berdasarkan keterangan anggota Polres Ponorogo yang disampaikan ke perwakilan keluarga, polisi sudah memeriksa 7 saksi terkait dugaan kekerasan ini. "Kita akan bersinergi dengan pihak kepolisian. Apakah ada upaya dari lembaga pendidikan ini untuk menutup-nutupi, sikap manajemennya seperti apa," ujarnya.
"Terkait surat (keterangan kematian) ini, kita tidak tahu dikeluarkan atas permintaan siapa. Karena selama ini ibu korban tidak pernah memintanya," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Soimah adalah ibu yang mencari keadilan atas tewasnya sang anak sulung AM (17) ketika menempuh pendidikan Kelas 5i (setara SMA) di Pondok Modern Darussalam Gontor 1, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Baca juga: Awalnya Disebut Kelelahan, Santri Gontor Ternyata Tewas karena Penganiayaan
Dia mendapat kabar anaknya meninggal dunia dari pengasuh Gontor 1, Senin (22/8) sekitar pukul 10.20 WIB.
Kasus ini menjadi sorotan publik ketika Soimah menemui langsung dengan pengacara kondang Hotman Paris di Palembang, Minggu (4/9/2022).
Korban dalam dugaan kekerasan tersebut berjumlah tiga orang.
Satu korban meninggal dunia berinisial AM yang merupakan anak Soimah, santri asal Palembang. Dua santri lagi masih
menjalani perawatan di rumah sakit.
Pernyataan Pihak Pondok Modern Darussalam Gontor
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jatim ikut angkat bicara.
Dalam pernyataan resminya, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, diwakili Juru Bicara (jubir) ponpes, Noor Syahid, menyampaikan permohonan maaf sekaligus berbelasungkawa atas wafatnya almarhum AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum.
"Atas nama Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, saya selaku juru bicara pondok, dengan ini menyampaikan beberapa hal terkait wafatnya Almarhum Ananda AM, santri Gontor asal Palembang, pada hari Senin pagi, 22 Agustus 2022," kata Noor Syahid.
Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan pihaknya sudah melakukan olah tempat kejadian perkara(TKP) dan pra rekonstruksi. Hasilnya kata AKBP Catur polisi menyita beberapa barang bukti berupa pentungan, air mineral, minyak kayu putih hingga becak.
Dalam pra rekonstruksi itu, kata Catur, unsur penganiayaan di peristiwa itu sebenarnya sudah sangat jelas terjadi. Ada 50 adegan dalam pra rekonstruksi itu terdiri dari kejadian awal penjemputan korban hingga terjadinya kekerasan yang mengakibatkan santri berinisial AM (17) meninggal dunia.
Pra rekonstruksi juga dilakukan dari kegiatan awal korban melakukan perkemahan Kamis-Jumat. Saat ditanya apa motif penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku AKBP Catur enggan menjelaskan lebih lanjut.
"Kita menunggu lengkap dulu baru kami sampaikan. Penyebab kematian nanti akan disampaikan saksi ahli," ujarnya.(Tribun Network/dwi/rif/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.