Digunakan untuk Periksa Para Tersangka Kasus Brigadir J, Seberapa Akurat Lie Detector?
Lima tersangka kasus pembunuhan Brigadir J diperiksa menggunakan lie detector oleh Puslabfor Polri. Lalu seberapa efektifkah ?
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J melibatkan penggunaan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan terhadap para tersangka yaitu Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal alias Bripka RR, dan Kuat Maruf.
Penggunaan lie detector telah dilakukan kepada Putri Candrawathi, Bharada E, Bripka RR, dan Kuat Maruf pada Selasa (6/9/2022).
Sedangkan Ferdy Sambo dijadwalkan menjalani pemeriksaan dengan lie detector pada Kamis (8/9/2022) di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri di Sentul, Bogor.
Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo pun mengklaim akurasi pemeriksaan dengan menggunakan lie detector ini mencapai 93 persen.
Menurutnya karena alat lie detector yang digunakan telah terverifikasi dan diimpor dari Amerika Serikat (AS).
"Alat polygraph yang digunakan oleh kita ini semuanya sudah terverifikasi dan alat polygraph dunia. Alat yang kita punya ini alat dari Amerika tahun 2019 dan tingkat akurasinya 93 persen," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (7/9/2022) dikutip dari Tribunnews.
Baca juga: Ferdy Sambo Punya Pengaruh Sampai ke Daerah, Kapolri Lihat Penyidiknya Sampai Ketakutan
Lalu apakah benar klaim dari Dedi Prasetyo tersebut? dan seberapa efektif penggunan lie detector? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Lie Detector?
Lie detector atau yang juga dikenal dengan tes poligraf adalah perekaman dari beberapa respon tubuh yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang berkata jujur atau berbohong.
Dikutip dari BBC, pemeriksaan juga diikuti dengan melihat tekanan darah untuk melihat perubahan nafas dan keringat dari orang yang diperiksa.
Ahli psikologi forensik dari Erasmus School of Economics, Rotterdam mengungkapkan penggunaan lie detector layaknya teknik lain terkait pemeriksaan kejujuran seseoarng.
"Tidak ada manusia yang sama dengan hidung Pinocchio (hidung Pinocchio akan semakin panjang jika berbohong). Namun berbohong akan meningkatkan stres dan dengan teknik pendeteksian kebohongan maka Anda dapat menilai perubahan tingkah laku dan psikologi seseorang ketika sedang merasa stres," katanya.
Baca juga: Alat Lie Detector Polri Disorot dalam Kasus Brigadir J, Irjen Dedi Prasetyo: Akurasinya 93 Persen
Sehingga menurutnya, pemeriksaan dengan menggunakan lie detector tidak dapat menjadi penilaian mutlak apakah yang bersangkutan berbohong atau berkata jujur.
Namun teknik ini lebih memberikan tanda-tanda yang dapat terlihat jika seseorang yang diperiksa melakukan kebohongan kepada pewawancara.
Lalu informasi yang didapatkan melalui tanda-tanda yang terlihat itu digabungkan dengan temuan lainnya untuk semakin jelas melihat orang yang diperiksa apakah berbohong atau berkata jujur.
Cara Melakukan
Lie detector telah digunakan hampir di seluruh dunia seperti Jepang, Rusia, dan China dengan perkembangan teknologi yang sama.
Ahli lie detector asal Inggris, Don Grubin mengungkapan hal yang dilakukan pertama kali sebelum memeriksa menggunakan lie detector.
Ia mengatakan bahwa sebelum diperiksa dengan lie detector, orang yang bersangkutan terlebih dahulu melakukan wawancara awal terlebih dahulu.
"Hal ini untuk menggiring orang yang akan diperiksa pada pertanyaan yang akan ditanyakan dan mencoba agar yang bersangkutan tidak terkena distraksi," katanya.
Hal ini diawali dengan memberikan pertanyaan kepada yang bersangkutan dengan pertanyaan langsung.
Cara ini dilakukan agar orang yang diperiksa merasa nyaman dan sanggup untuk memahami bagaimana proses pemeriksaan kejujuran ini bekerja.
Kemudian, kata Gubrin, alat-alat yang digunakan pun dipersiapkan.
Selain alat lie detector juga termasuk penggunaan monitor untuk melihat tekanan darah, elektroda yang ditempatkan di jari dan telapak tangan, serta dua perekat yang dilingkarkan di dada dan perut.
"Elektroda yang ditempelkan di jari digunakan untuk merekam aliran darah dan juga dipakai untuk sesuatu yang disebut pendeteksi gerakan," katanya.
"Orang yang diperiksa kemungkinan akan ditempel dengan alat-alat itu selama 10-15 menit."
"Namun ketika di dalam sebuah ruangan untuk diperiksa kejujurannya, mungkin sekitar dua jam," jelas Gubrin.
Selanjutnya, pewawancara menanyakan sejumlah pertanyaan kontrol selamat pemeriksaan dan kemudian membandingkan jawaban orang yang diperiksa dengan pertanyaan kunci.
Gubrin mengungkapkan pemeriksaan akan selesai dengan wawancara pasca pemeriksaan ketika orang yang diperiksa sanggup utnuk menjelaskan segala respon yang diperlihatkannya.
Apakah Orang yang Diperiksa Bisa Berbohong?
Menurut Gubrin, orang yang diperiksa bisa berbohong dalam tes menggunakan alat lie detector ini.
Ia menjelaskan individu yang diperiksa dapat berlatih sebelumnya.
"Tidak ada pertanyaan terkait apakah Anda dapat mengalahkan alat lie detector tapi hal yang Anda perlu miliki adalah melatihnya," katanya.
Gubrin mencontohkan cara yang dapat ditempuh untuk melatih menghadapi alat lie detector yaitu dengan saling tanya-jawab dengan ahlinya.
Baca juga: Pemeriksaan Tersangka Menggunakan Lie Detector, Hasil Bisa Manulatif hingga Akurasi Diragukan
Namun, ia juga menjelaskan jika Anda tidak memiliki rekan yang ahli dalam bidang ini maka dapat menggunakan cara licik lainnya seperti paku kecil di dalam sepatu.
"Hal ini dapat merespons keringat Anda agar keluar dari tubuh. Segala aktivitas otot dan gerakan perlu dilakukan lantaran Anda perlu untuk duduk (saat diperiksa)," jelas Gubrin.
Namun, kata Gubrin, cara tersebut tidak menjamin Anda dapat mengakali alat lie detector.
Hal tersebut lantaran mayoritas pewawancara mampu untuk mengetahui segala hal yang digunakan orang diperiksa agar dapat lolos dari tes yang dilakukan.
Jadi Apakah Lie Detector Efektif?
Kredibilitas dari alat lie detector selalu diperdebatkan sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1921.
Adapun mayoritas perdebatan yang terjadi adalah soal tingkat akurasinya.
Beberapa ahli mengatakan landasan berpikir dari ditemukannya alat lie detector adalah cacat.
Profesor psikologi sosial terapan dari Universitas Portsmouth, Aldert Vrij mengatakan tidak ada teori yang bisa menjelaskan terkait penentuan hasil orang yang diperiksa melakukan kebohongan atau tidak.
"Idenya adalah pembohong akan memperlihatkan peningkatan kecemasan ketika ditanya pertanyaan kunci ketika orang yang berkata jujur tidak merasakannya," katanya.
Van der Zee mengatakan orang yang diperiksa dengan menggunaakan alat lie detector berpotensi akan mengalami stres.
Cara ini, katanya, terkadang membuat orang yang tidak bersalah justru menjadi bersalah.
"Orang akan diwawancarai dengan alat lie detector akan merasakan stres. Sementara alat lie detector ini sangat baik untuk mengidentifikasi kebohongan."
"Namun tidak cukup baik untuk mengidentifikasi kejujuran," jelas Van der Zee.
Hanya saja, Gubrin mengatakan ada beberapa alasan berbeda terkait alasan penggunaan alat lie detector tidak akurat.
Baca juga: Tes Lie Detector Terhadap Bharada E, Bripka RR, dan Kuat Maruf Tunjukkan Jujur
Alasan itu termasuk pertanyaan yang dibuat sangat buruk dan pewawancara salah dalam membaca hasil.
"Jika pewawancara terlatih, persiapan tes dilakukan dengan baik, dan kualitas kontrol dipersiapkan dengan baik pula, maka akurasi hasilnya diperkirakan diantara 80-90 persen," katanya.
Namun, Gubrin mengatakan bahwa menanyai korban justru akan menimbulkan masalah berbeda.
"Menanyai korban adalah hal yang berbeda karena apa yang akan ditanyakan kepadanya sejatinya Anda akan melihat banyaknya gairah saat menjawab," ikarmua/
Ini artinya korban khususnya yang menceritakan kembali pengalaman traumatik mungkin juga akan berbohong karena dirinya dalam kondisi emosionali.
Kesimpulannya, para ahli mengatakan masih banyak kekurangan terkait penggunaan lie detector.
Selain itu masih banyak pula faktor-faktor berbeda yang membuat hasil pemeriksaan menjadi tidak akurat.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Igman Ibrahim)
Artikel lain terkait Polisi Tembak Polisi