Hasil Survei: Mayoritas Masyarakat Tak Setuju Tarif Ojol Naik, Pilih Beralih ke Kendaraan Pribadi
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) resmi menaikkan tarif ojek oniline (ojol), Sabtu (10/9/2022).
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) resmi menaikkan tarif ojek oniline (ojol), Sabtu (10/9/2022).
Hal tersebut seiring dengan terbitnya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 667 Tahun 2022 Tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang Dilakukan dengan Aplikasi yang ditandatangani pada 7 September 2022.
Survei Polling Institute mencatat sebanyak 61,2 persen pengguna tidak setuju tarif ojol mengalami kenaikan.
Secara rinci ada sebanyak 42,2 persen responden kurang setuju dan 19,0 persen lainnya tidak setuju sama sekali. Kemudian ada 36,1 persen responden setuju dan 2,1 persen lainnya sangat setuju.
Baca juga: Survei Polling Institute: Mayoritas Driver Ojol Setuju Tarif Naik tapi Lebih Pilih Banjir Order
Direktur Eksekutif Polling Institute Kennedy Muslim mengatakan survei ini dilakukan pada pertengahan Agustus 2022 lalu, sebelum tarif ojol resmi dinaikkan.
Para pengguna ojol, lanjut dia, punya respons berbeda terkait kenaikan tarif ojol tersebut.
Opsi utamanya ada sebanyak 29,1 persen menjawab mereka akan tetap menggunakan ojol untuk transportasi.
“Ini bisa multiinterpretasi ya, ini menunjukkan bahwa betapa bergantungnya masyarakat urban saat ini thdp transportasi degan menggunakan ojol,” kata Kennedy Muslim dalam Rilis Survei Nasional Polling Institute secara virtual, Minggu (11/9/2022).
Baca juga: Ada Kenaikan Tarif, tapi Belum Tentu Pendapatan Driver Ojol Naik Juga
Lebih lanjut ia mengatakan para pengguna juga merespons bahwa mereka akan beralih ke kendaraan pribadi serta mengkombinasikan antara ojek online dengan kendaraan pribadi untuk mobilitas.
Tercatat ada sebanyak 14 persen masyarakat yang memilih mengkombinasi antara ojol dengan kendaraan pribadi.
Sementara sebanyak 26,6 persen memilih beralih ke kendaraan pribadi.
“Mereka yang menjawab mereka akan menggunakan motor sendiri itu sekitar 26,6 persen,” ujarnya.
Sementara itu, masyarakat yang akan beralih ke kendaraan umum relatif kecil dengan rata-rata berada di bawah 6 persen.
“Yakni menggunakan angkutan umum dan kenggunakan motor sendiri yang dikombinasikan masing-masing sekitar 5,3 persen,” ujar Kennedy.
Menurut dia, secara demografi pengguna ojol, kelompok laki-laki, usia lebih muda, kalangan pegawai pemerintahan, guru atau dosen dan pelajar serta mahasiswa cenderung menggunakan motor pribadi jika tarif ojol dinaikkan.
Sementara kelompok perempuan, usia lebih tua, kalangan wirawsawsta, Ibu Rumah Tangga (IRT) dan profesi lainnya cenderung menjawab mereka akan tetap menggunakan ojol.
“Jadi ada pengaruh sisi gender sangat berpengaruh terhadap jawaban disini,” ucap Kennedy.
Ia melanjutkan, dari sisi pendidikan dan pendapatan, kelas menengah ke bawah cenderung akan beralih menggunakan motor pribadi.
Kemudian menurut pendidikan tidak tampak pola tertentu atau masih realtif berimbang.
“Sedangkan dari sisi pendapatan, mereka yang berpendapatan lebih rendah, mereka akan beralih menggunakan motor sendiri yang lebih besar proporsinya,” tuturnya.
Adapun Populasi survei ini adalah setiap warga yang berumur 17 tahun, atau lebih, atau sudah menikah dan merupakan pengguna ojek online yang pernah bepergian minimal satu hari dalam seminggu terakhir menggunakan ojek online lain yang berbasis aplikasi.
Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) dengan sample basis sebanyak 1030 responden yang tersebar secara proporsional di 31 Kabupaten/Kota.
Kemudian dilakukan oversample sebanyak 190 responden pada kelompok pengguna rutin Ojek Online (minimal 3 hari seminggu menggunakan Ojek Online), sehingga total sample yang dianalisis sebanyak 1.220 responden.
Margin of error dari ukuran sampel basis tersebut sebesar +/- 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.
Sementara sampel mitra driver dipilih secara random (multistage random sampling) sebanyak 810 responden. Margin of error sampel sekitar +/- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.