Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sri Sultan Hamengkubuwono X: Diplomasi Maritim Miliki Nilai Strategis Terhadap Pembangunan

Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan Wawasan Nusantara Bahari perlu dibangkitkan.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Sri Sultan Hamengkubuwono X: Diplomasi Maritim Miliki Nilai Strategis Terhadap Pembangunan
Istimewa
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Simposium Internasional dan Lifetime Achievement-ISPEC Maritime Award 2022 yang hotel Mercure, Kemayoran, Jakarta, Rabu (21/9/2022). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan Wawasan Nusantara Bahari perlu dibangkitkan untuk mempercepat kebangkitan Indonesia melalui gagasan Poros Maritim Dunia.

Menurut Sri Sultan, Wawasan Nusantara Bahari telah menjadi isu politik yang sangat penting.

Hal ini terutama dalam ide pembentukan poros lajur laut bagi pelayaran internasional melalui perairan Indonesia.

"Diplomasi maritim ini memiliki nilai yang strategis karena manfaat wilayah maritim terhadap pembangunan ekonomi," kata Sri Sultan melalui keterangan tertulis, Rabu (21/9/2022).

Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Sultan pada Simposium Internasional dan Lifetime Achievement-ISPEC Maritime Award 2022 yang hotel Mercure, Kemayoran, Jakarta, Rabu (21/9/2022).

Baca juga: Ekonomi Maritim Jadi Salah Satu Alternatif untuk Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

Sri Sultan menyampaikan orasi ilmiah berjudul Mewujudkan Indonesia Sebagai Negara Berbasis Kemaritiman.

BERITA TERKAIT

Sri Sultan mengatakan sejak tahun 1960-an, pemerintah tidak mungkin lagi mengabaikan wilayah maritim ketika cadangan minyak bumi banyak ditemukan di dasar laut.

Tahun 1970-an merupakan dekade boom minyak bumi di mana sekitar 60 persen kegiatan eksplorasi dilakukan di perairan Nusantara.

Alasan lain mengapa diplomasi maritim sangat penting, lanjut Sri Sultan adalah kepentingan geopolitik Indonesia dalam wawasan Nusantara.

Bahwa ide pembentukan Indonesia sejak awal merupakan integrasi seluruh komunitas dan pulau-pulau dalam wilayah bekas Hindia Belanda, dari Sabang sampai Merauke.

Baca juga: Megawati: Indonesia Negara Maritim, Bukan Kontinental

"Sekarang ide itu harus dipertajam bukan hanya komunitas dan pulau-pulau tetapi juga mencakup integrasi daratan dan maritimnya," ungkap Sri Sultan.

Dirinya mengingatkan bahwa hakekat geopolitik dan geostrategis Indonesia sebagai negara kepulauan perlu dipahami.

Langkah ini dilakukan agar NKRI tidak mudah diintervensi dan diinfiltrasi oleh kekuasaan tertentu baik dari dalam maupun luar.

Baca juga: Mengoptimalkan Pembinaan Potensi Maritim Melalui Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional

"Jadi sangat relevan jika Indonesia menaruh perhatian pada isu-isu terkini yang terkait dengan Samudera Hindia karena posisi Indonesia yang memangku Samudera Hindia,” kata Sri Sultan.

Menurut Sri Sultan, semangat dan ketrampilan bahari perlu terus digali dan dikembangkan kembali di kalangan generasi muda.

Hal tersebut lanjut Sri Sultan, selaras dengan visi kelautan Indonesia sebagai Poros Maririm Dunia yang dipaparkan Presiden Joko Widodo pada KTT Negara-negara Asia Timur pada 13 November 2014.

Bahwa untuk mewujudkan konsep Poros Maritim Dunia, diperlukan empat kekuatan yakni ocean leadership dan ocean policy, bangsa yang memiliki kesadaran budaya kelautan.

Lalu kekuatan infrastruktur dan perhubungan yang menghubungkan antar pulau dengan mudah dan murah serta kekuatan potensi sumber daya lautan yang membentang luas dan daratan yang subur.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas