Tujuh Warganya Tewas Dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan, Bupati Pasuruan Mengaku Sangat Sedih
Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf mengaku sedih atas tragedi Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf mengaku sedih atas tragedi Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam.
Betapa tidak, tujuh orang pemuda asal Pasuruan yang merupakan pendukung Arema atau Aremania turut menjadi korban kerusuhan yang menewaskan setidaknya 125 orang tersebut.
Disebutkan, ketujuh remaja asal Pasuruan, Jawa Timur yang jadi korban adalah, Hendrik Gunawan (21), warga Desa Pucangsari, Kecamatan Purwodadi.
Baca juga: Cerita Keluarga Pasutri di Malang Korban saat Kerusuhan Laga Arema vs Persebaya
Agus Riyansyah (20), warga Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari.
Mohammad Riyan Akbar (17) warga Desa Andonosari, Kecamatan Tutur.
Muhammad Andre Ramadhan dan Kusaini, warga Wonokoyo, Beji.
M Nizamudin(15) warga Desa Karangpandan, Kecamatan Rejoso
Hadi Nata, warga Desa Segoropuro, Kecamatan Rejoso.
Sedangkan satu orang dikabarkan kritis, yakni Pratiwi, warga Desa Sumberejo, Kecamatan Purwosari.
Dari penelusuran tim medis Pemkab Pasuruan, yang bersangkutan masih menjalani perawatan intensif.
Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf dalam rilis yang diterima mengaku prihatin dengan tragedi Arema vs Persebaya.
Orang nomor satu di Kabupaten Pasuruan tersebut ikut merasakan kesedihan yang dialami keluarga para supporter Aremania, termasuk warga Kabupaten Pasuruan.
"Ada beberapa orang ternyata warga kami. Atas nama pribadi dan Pemkab Pasuruan, saya sampaikan rasa bela sungkawa kepada seluruh keluarga korban," katanya.
Ia mengaku bisa merasakan apa yang dirasakan keluarga korban meninggal dunia.
Untuk warga Kabupaten Pasuruan sendiri sudah ada penanganan.
Gus Irsyad, sapaan akrabnya, mengaku sudah mengintruksikan seluruh camat untuk menginventarisir data para korban sampai betul-betul fix.
Baca juga: PSSI Ungkap Alasan PT LIB dan Panpel Kukuh Gelar Pertandingan Arema FC vs Persebaya Sabtu Malam
Selain para camat, ia juga meminta Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RSUD Bangil dan Direktur RSUD Grati untuk juga pro aktif dan memberikan pertolongan medis.
Khususnya, kata dia, kepada para korban yang mengalami luka-luka, dilakukan secara maksimal, serta memfasilitasi penjemputan terhadap jenazah para korban.
"Saya perintahkan semua camat untuk update data sekaligus menginventarisir semua warganya yang menjadi korban kemarin malam," lanjut dia.
Disampaikan dia, baik yang meninggal dunia maupun luka-luka.
Harus update terus sampai betul-betul fix datanya, jangan sampai ada yang terlewat.
"Untuk sementara ini, data kami yang meninggal 7 orang. Saya minta petugas RSUD Bangil dan Grati untuk bisa memfasilitasi penjemputan," paparnya.
Sedangkan yang masih kritis, ia meminta ada penanganan khusus.
Terhadap para korban, Irsyad berdoa agar seluruh amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.
"Dan para keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan ketabahan. Saya ikut berduka atas musibah yang terjadi kemarin malam," lanjut dia.
Baca juga: 17 Mayat Korban Kerusuhan Usai Pertandingan Arema vs Persebaya Berada di RS Saiful Anwar Kota Malang
Ia juga berharap, mudah-mudahan seluruh amal ibadah para supporter Aremania diterima oleh Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Gus Irsyad berharap agar tidam ada kejadian serupa yang terulang kembali.
Menurutnya, tidak ada sepakbola seharga satu nyawa manusia.
"Semoga ada hikmah di balik semua ini. Mudah-mudahan negara bisa segera menyelesaikan permasalahan ini, di tengah meningkatnya prestasi sepakbola," urainya.
Ruslan, ayah Hendrik Gunawan, salah satu korban tewas dalam tragedi Stadion Kanjuruhan mengaku tidak menyangka anaknya pulang dibawa ambulance.
"Pamitnya nonton Arema lawan Persebaya. Dia memang sering nonton Arema saat main di Malang. Tadi jam 4 subuh dapat kabar kalau anak saya tewas," tutupnya.
Siswa SMP Turut Jadi Korban
Tangis Sugianto berkali-kali pecah setelah melihat wajah anaknya pucat pasi dalam selembar foto di kertas HVS berukuran A4.
Terlihat dia menerus menyeka air matanya yang tak henti membasahi pipinya.
"Ya Allah le," ujar Sugianto sambil menangis seraya meratapi foto wajah anaknya dalam lembar kertas HVS tersebut, Minggu (2/10/2022).
Sugianto yang duduk di kursi area tunggu depan lorong utama Kamar Mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, dihampiri Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Tangis Sugianto kembali pecah untuk kesekian kali.
"Ini anak saya bu. Masih SMP bu," ujarnya dengan suara terbata-bata, seraya menyodorkan selembar kertas yang terdapat foto anaknya.
Sugianto adalah ayah M Nizamudin (15) warga Pasuruan, menjadi satu korban tewas dalam tragedi Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Bapak dua anak itu menyebut, anaknya yang menjadi korban tersebut merupakan anak bungsu dari dua bersaudara.
Baca juga: Ricuh Laga Arema vs Persebaya, Jokowi Minta Usut Tuntas, Menpora Sebut akan Evaluasi Menyeluruh
Sejak Sabtu (1/10/2022) pagi, sang anak memang telah berencana pergi bersama sejumlah teman sekolahnya ke Malang sekaligus melihat pertandingan Bigmatch Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Entah firasat atau bukan, sejak Jumat (30/9/2022) malam, rencana sang anak untuk bepergian keesokan harinya itu, dirasa berat bagi dirinya.
Sugianto merasa berat memberikan izin pada sang anak untuk menonton pertandingan tersebut di stadion.
Kendati demikian, ia juga tak mau melihat sang anak malah menjadi murung karena dilarang menonton dan bermain bersama teman-temannya.
Hingga kabar tak mengenakkan diterimanya semalam.
Sejumlah teman anaknya memberikan kabar bahwa M Nizamudin hilang dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang.
"Saya tahu dari teman-temannya yang ngajak pada Sabtu sore itu. Banyak temannya sekitar 10 orang, datang ke rumah," ungkapnya.
Sebelum akhirnya diketahui jika sang anak menjadi korban dalam kerusuhan tersebut.
Sugianto mengungkapkan, dirinya terakhir kali berkomunikasi dengan sang anak pada sekitar pukul 18.00 WIB, atau dua jam sebelum pertandingan yang dimulai pukul 20.00 WIB.
Ia sempat menelepon nomor ponsel sang anak, namun tak direspons. Meskipun, tak lama kemudian, sang anak sempat membalasnya melalui pesan WhatsApp (WA). Sugianto tak menyangka, pesan WA tersebut, menjadi kalimat terakhir dari sang anak, sebelum tewas.
Baca juga: Surat Balasan LIB & Polres Malang Minta Jadwal Arema vs Persebaya Dimajukan Demi Keamanan
"Terakhir komunikasi waktu pertandingan, hampir pertandingan. Sempat saya telepon, tapi enggak angkat.
Cuma dia WA 'ada apa pak?' Setelah itu gak ada kontak lagi, sampai pagi tadi jadi mayat," pungkasnya.
Kepala Desa (Kades) Karang Pandan, Ahmad Yunus, mengatakan, pukul 14.25 WIB, mobil jenazah yang mengangkut M Nizamudin, hampir tiba di rumah duka yang berlokasi di Karang Pandan, Rejoso, Pasuruan.
"Ini jenazah sudah dibawa menuju rumah duka, terima kasih," ungkap Yunus saat dikonfirmasi TribunJatim.com. (Surya/Tribun Jatim)