Beredar Surat Aremania Gugat Jokowi hingga Panglima TNI, Desak Permintaan Maaf Tragedi Kanjuruhan
Aremania menggugat Presiden Jokowi hingga Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk meminta maaf terbuka buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Aremania, suporter Arema FC, menggugat Presiden Joko Widodo, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Ketua Umum PSSI Mochamad Irawan, hingga Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Gugatan tersebut berupa somasi buntut dari tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) yang mengakibatkan 131 korban meninggal dunia.
Pada surat gugatan, terdapat sembilan poin tuntutan yang dilayangkan.
Satu di antaranya adalah tuntutan agar Jokowi, Kapolri, Panglima TNI, hingga Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan antara Arema FC vs Persebaya meminta maaf secara terbuka atas terjadinya tragedi tersebut.
Adapun tuntutan terwujud dalam lembaran surat somasi yang diunggah di akun Twitter @IwanPangka, Selasa (4/10/2022).
Setidaknya ada lima lembar surat berikut isi tuntutan dan tanda tangan Tim Kuasa Hukum Aremania Djoko Tritjahjana.
"Mendesak Presiden Republik Indonesia, Menegpora Republik Indonesia, Kapolri, Panglima TNI, DPR RI, Ketua PSSI, Direktur PT LIB, Manajemen Arema FC, dan Panitia pelaksana pertandingan, untuk meminta maaf secara terbuka melalui media nasional dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah somasi terbuka ini disampaikan," demikian tertulis poin pertama tuntutan.
Baca juga: Terkait Gas Air Mata, Pengamat Sebut Ada Dua Perspektif Hukum Berbeda di Tragedi Kanjuruhan
Kemudian pada poin kedua tertulis tuntutan agar ada permintaan maaf secara terbuka dari pihak pengamanan dan penyelenggara agar mengakui tragedi yang terjadi murni kesalahan mereka.
"Menuntut adanya pernyataan secara terbuka dari pihak pengamanan dan penyelenggara melalui MEDIA bahwa timbulnya korban jiwa di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang adalah MURNI KESALAHAN PENYELENGGARA MAUPUN SATUAN PENGAMANAN dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah somasi terbuka ini disampaikan," tulis poin kedua tuntutan.
Selain itu, Aremania dan Tim Pendampingan Bantuan Hukum Aremania juga menuntut adanya penetapan tersangka.
Untuk selengkapnya berikut sembilan poin tuntutan terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022):
- Mendesak Presiden Republik Indonesia, Menegpora Republik Indonesia, Kapolri, Panglima TNI, DPR RI, Ketua PSSI, Direktur PT LIB, Manajemen Arema FC, dan Panitia pelaksana pertandingan, untuk meminta maaf secara terbuka melalui media nasional dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah somasi terbuka ini disampaikan.
- Menuntut adanya pernyataan secara terbuka dari pihak pengamanan dan penyelenggara melalui MEDIA bahwa timbulnya korban jiwa di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang adalah MURNI KESALAHAN PENYELENGGARA MAUPUN SATUAN PENGAMANAN dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah somasi terbuka ini disampaikan.
- Menuntut PENETAPAN TERSANGKA kepada para pelaku dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak somasi terbuka ini disampaikan.
- Menuntut adanya pertanggungjawaban hukum secara perdata maupun pidana oleh pihak-pihak terkait.
- Menuntut pihak penyelenggara dan perangkat pertandingan, untuk memastikan adanya jaminan (asuransi) terkait dengan hak-hak para korban baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka.
- Menjamin tidak akan terulangnya kembali tindakan represif aparat keamanan terhadap penanganan kerumunan suporter di dalam stadion dengan melanggar berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya implementasi Prinsip HAM.
- Mendesak Negara, dalam hal ini direpresentasikan melalui institusi negara, seperti Komnas HAM, Kompolnas, POM TNI, dan lainnya, untuk segera melakukan transparansi penyelidikan secara menyeluruh, akuntabel, serta terpadu terhadap tragedi yang telah mengakibatkan jatuhnya 131 korban jiwa (data sementara dan korban luka-luka dengan membentuk tim penyelidik independen untuk memeriksa dugaan pelanggaran HAM oleh aparat keamanan, dugaan pelanggaran profesionalisme dan kinerja anggota kepolisian dan TNI yang bertugas di lapangan.
- Mendesak PRESIDEN, KAPOLRI, dan PANGLIMA TNI untuk melakukan evaluasi menyeluruh atas tragedi yang terjadi yang memakan korban jiwa baik dari massa suporter maupun anggota kepolisian.
- Mendesak dilibatkannya Tim Pendampingan Bantuan Hukum Aremania dalam segala proses investigasi tragedi kemanusiaan 01 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Pada akhir tuntutan, Aremania mendesak adanya itikad baik dari pihak tergugat untuk memenuhi sembilan poin tuntutan yang telah dilayangkan.
Jika tidak dipenuhi dalam 3x24 jam maka Aremania akan menempuk jalur hukum.
Di sisi lain, gugatan ini ditembuskan kepada Pengadilan Internasional di Den Haag, Belanda, FIFA, Komnas HAM, Kompolnas, KPAI, hingga Komnas Perempuan.
Baca juga: Jokowi Minta Tragedi Kanjuruhan Tuntas Kurang dari Satu Bulan, Aremania: 7 Hari Harus Ada Tersangka
Tribunnews.com telah menghubungi Stafsus Mensesneg Faldo Maldini untuk meminta tanggapan terkait somasi ini.
Namun hingga berita ini diturunkan belum merespons.
Update Jumlah Korban: 131 Orang Meninggal Dunia
Pada update terbaru, jumlah korban tragedi di Stadion Kanjuruhan bertambah menjadi 131 orang.
Hal ini disampaikan oleh Komisioner Kompolnas, Albertus Wahyurudhanto pada konferensi pers di Mapolres Malang, Selasa (4/10/2022).
"Terakhir saya dapat (data) terbaru, jumlah korban tewas naik menjadi 131 jiwa," ujarnya dikutip dari Kompas.com.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo membenarkan data yang disampaikan Albertus.
Wiyanto mengungkapkan penambahan korban meninggal dunia lantaran ada enam korban yang belum teridentifikasi dalam pendataan sebelumnya.
"Sebelumnya enam korban ini tidak terdata karena langsung dievakuasi keluarga secara mandiri ke rumah duka," paparnya.
Adapun rincian dari 131 korban jiwa tersebut, sejumlah 54 korban dievakuasi ke RS Wava Husada Kepanjen.
Kemudian dua korban di RS Hasta Brata Batu, 21 Korban di RSUD Kanjuruhan Kepanjen, 20 korban di RS Saiful Anwar Malang, dan 15 korban di RS Teja Husada Kepanjen.
Serta ada satu korban di RS Ben Mari Pakisaji, tiga Korban di RS Hasta Husada Kepanjen, empat korban di RSI Gondanglegi, satu korban di RS Salsabila Husada Kromengan, dan satu korban di RST Soepraoen Malang.
Sementara terdapat sembilan korban jwa yang langsung dievakuasi ke rumah duka.
"Sementara untuk korban luka ringan sebanyak 260 orang, luka berat 39 orang," tuturnya.
Penambahan korban jiwa ini membuat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan menjadi tragedi sepakbola paling mematikan ke-2 sepanjang sejarah sepak bola dunia.
Tragedi ini di bawah peristiwa yang terjadi di Estadio Nacional, Peru saat pertandingan antara Peru melawan Argentina pada tahun 1964.
Baca juga: VIDEO Puluhan Polisi Terseret Tragedi Kanjuruhan, Ada yang Dicopot hingga Diperiksa Kode Etik
Pada insiden tersebut, 328 orang harus meregang nyawa akibat kerusuhan yang terjadi setelah wasit menganulir gol dari Peru pada menit akhir saat tim tuan rumah menyamakan kedudukan.
Keputusan ini membuat pendukung Peru meluapkan kemarahannya dan merangsek ke dalam lapangan.
Polisi yang berjaga pun bereaksi dengan menembakan gas air mata ke arah penonton.
Penonton pun panik dan berjejal untuk keluar dari stadion.
Namun akibat pintu stadion yang saat itu terbuat dari baja sangat sulit dibuka maka penonton pun terjebak dalam kerumunan sehingga mengakibatkan banyaknya korban jiwa.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Imron Hakiki)
Artikel lain terkait Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan