TRIBUNNEWS.COM - Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi sebagai pemain utama di industri halal dan mendorong kesejahteraan masyarakat lewat ekosistem keuangan syariah.

Namun sayangnya, Politisi muda dari partai Golkar, Puteri Anetta Komarudin mengungkapkan bahwa pasar keuangan syariah di Indonesia masih terbilang rendah dan tertinggal.

“Kita hanya ada di level 10 persen dari seluruh total pasar keuangan di Indonesia. Apalagi untuk perbankan syariah kita baru masuk ke level 6 persen dari seluruh industri perbankan konvensional,” papar Puteri dikutip dari kanal YouTube G24 Channel.

Rendahnya industri perbankan syariah di Indonesia salah satunya disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap ekonomi syariah.

Maka dari itu, Puteri mendorong agar Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai bank syariah terbesar di Indonesia untuk terus meningkatkan literasi keuangan syariah kepada masyarakat.

“Yang paling penting adalah BSI harus terus mendorong peningkatan pada literasi keuangan syariah yang pada saat ini levelnya masih sangat rendah hanya di level 8,9 persen dan jauh lebih rendah dibandingkan literasi keuangan yang konvensional. Ini berarti pemahaman masyarakat akan produk-produk keuangan syariah itu masih sangat rendah,” jelas Puteri yang juga Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar.

Disamping itu, Puteri turut mendorong BSI agar terus mengembangkan produk perbankan syariah dengan lebih inovatif sehingga bisa menawarkan produk yang berbeda dari apa yang ditawarkan perbankan konvensional pada saat ini.

“Kita harus bisa mendorong BSI menguatkan lagi ekosistem keuangan syariah dan masuk ke dalam sektor halal value change yang ada di Indonesia sehingga kita tidak hanya menjadi pasar dari negara-negara lain tetapi juga menjadi pemain utama di negara sendiri,” tutup Puteri.