Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

VIDEO EKSKLUSIF Elite NasDem Ungkap Perjalanan Putuskan Anies Baswedan Sebagai Bakal Capres 2024

NasDem memandang kepentingan bangsa di atas segalanya dan menjaga pluralisme menjadi tujuan ke depan.

Editor: Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai NasDem memiliki catatan sejarah,  tidak sejalan dengan Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Bahkan NasDem menjadi partai terdepan yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk melawan Anies memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta.

Hal itu pula yang disinggung oleh mantan Ketua Departemen Bidang UMKM DPP Partai NasDem Niluh Djelantik.

Namun sikap Partai NasDem kini berubaha dan justru mendukung Anies Baswedan sebagai Calon Presiden (Capres) 2024 mendatang.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis DPP NasDem Hermawi Taslim mengatakan, sejarah tersebut adalah bagian dari demokrasi yang dinamis.

Taslim pun menegaskan pemilihan Anies Baswedan sebagai calon Presiden Partai NasDem 2024 bukan membeli kucing dalam karung.

Dia menegaskan, partai pimpinan Surya Paloh itu sudah membaca rekam jejak dan point per point sejak tiga nama diusulkan.

Berita Rekomendasi

Dalam Rakernas Partai NasDem tahun 2022 lalu, ada tiga nama yang diusulkan oleh 34 DPD partai.

Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa.

Hal itu disampaikan Hermawi Taslim saat dialog Tribun Series bertajuk 'Mengapa Mundur Setelah Anies Diusung Bakal Capres?' yang dipandu oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra secara virtual, Jumat (7/10/2022).

"Sudah kita kuliti semua, banyak sekali referensi yang kita baca tapi pada saatnya kita harus memilih dan tidak boleh tersandera pada masa lalu," kata Taslim.

NasDem memandang kepentingan bangsa di atas segalanya dan menjaga pluralisme menjadi tujuan ke depan. Menurut Taslim, tidak hanya Anies Baswedan yang menimbulkan penolakan di internal partai.

Seandainya, NasDem memilih Jenderal TNI Andika Perkasa pun bisa membuat reaksi serupa.

Berikut hasil wawancara dengan Hermawi Taslim terkait dukungan Partai NasDem kepada Anies Baswedan:

Tadi disebutkan Bu Niluh, apa Partai Nasdem yakin bahwa Pak Anies akan mempu mencerminkan Nasionalise dan Restorasi yang (digaungkan NasDem) ?

Sejak jauh sebelum, ini proses tanggal 17 Juni, masukan dari 34 provinsi di Rakernas, tapi sebelumnya kita pelajari track record orang. Apa yang disebut dengan nasionalisme.

Saya bukan mau membela, tapi kita lihat lah, selama 5 tahun apa kebijakan Anies yang berpihak pada salah satu golongan, tidak ada. Apa kebijakan Anies yang merugikan seperti kita, yang prulalisme.

Kami membaca point per point, rekam jekak seorang Andika, rekam jejak seorang Ganjar Pranowo, rekam jejak seorang Anies, dan seterusnya.

Kita bukan beli kucing dalam karung, ini semua kan data ini ada. Mulai dari Pak AB Baswedan, mulai dari mamahnya Profesor, papahnya Wakil Rektor, kita kuliti semua. Banyak sekali referensi yang kita baca. Tapi pada saatnya kita harus memilih.

Dan kita tidak boleh tersandra oleh masa lalu. Kalau bicara soal Ahok, satu-satunya Ketua Partai yang datang ke Mako Brimob untuk membesuk Ahok ketika masih dalam tahanan itu, Pak Surya Paloh. Saya, Viktor Laiskodat, Charles Meikyansah, dan Efendy. Gampang itu dicek track recordnya.

Tetapi situasi bisa berubah, dan ada komitmen kami berani memutuskan itu, ada komitmen yang sangat kuat disaksikan oleh orang-orang yang begitu kredible, bahwa kepentingan kita adalah kepentingan bangsa, kepentingan kita nasionalisme, kepentingan kita adalah kepentingan terjaganya prulalisme di bangsa ini. Dan ini baru langkah awal dan akan kami kawal.

Saya berharap Niluh, Pak Andreas kita check and balance, kita tetap menegur, kita tetap saling mengawal. Jadi point saya, sekali lagi ini sebuah pilihan biasa saja.

Kita sudah hitung. Seandainya kalau kita tetapkan yang lain pasti ada reaksi seperti ini, kita tetapkan Pak Andika pasti ada reaksi ini.

Jangan lupa di Nasdem itu banyak sekali mantan aktivis mahasiswa yang maaf hsrus saya katakan, mereka trauma cukup anti terhadap tentara. 'Kalau ini pilihannya kami mundur', dan benar kata Niluh, apa yang terjadi saat ini kita sudah prediksi. Kita sudah bisa hitung. Ini akan begini sikapnya, ya sudah kita terima. Memang faktanya kita berbeda.

Yang penting sekali lagi, di atas urusan kepartaian ini satu, urusan nasionalisme, urusan kebangsaan, kedua urusan pertemanan, urusan perdaudaraan sehingga saya masih dapat oleh-oleh dari Niluh. Saya yakin Niluh tidak akan berubah. (Tribun Network/yuda).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas