Institut Teknologi Indonesia Melantik dan Mengambil Sumpah 31 Insinyur Lulusan Perdana PS PPI
ITI melantik dan mengambil sumpah insinyur 31 lulusan perdananya dengan gelar profesi Insinyur (Ir) pada acara wisuda ITI sekaligus Dies Natalis ke-38
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
"Tapi untuk mendapatkannya harus punya gelar profesi insinyur yang berbeda dengan zaman dahulu (70 dan 80) yang memberikan gelar Perguruan Tinggi Fakultas Tehnik yaitu gelar akademik dan yang sekarang menjadi gelar profesi," terangnya.
Menurut dia ini menjadi penting untuk disosialisasikan dan tentunya wajib dilaksanakan.
" Kalau sekedar Sarjana Tehnik (ST) waktu zaman saya dulu masih bisa boleh langsung kerja. Tapi dengan adanya UU Keinsinyuran tidak boleh dan ada sangsinya," ungkapnya.
Untuk Keinsinyuran adapun syarat yang dipenuhi yakni, 24 SKS dan diharuskan magang minimal 2 tahun (Program Reguler) sampai 4 tahun melalui Jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
"Setelah kami sosialisasikan, kemudian ada 41 pendaftar yang pada akhirnya kami seleksi kembali melalui pendaftaran ulang menjadi 32 pendaftar RPL. Sedangkan yang Program Reguler tidak ada. karena, saya pikir ini kurang menarik membutuhkan waktu 1 tahun apalagi biayanya cukup mahal," tutur Krishna Mochtar.
Kemudian membuka prakter keinsyuran sebagai tugas akhir.
Baca juga: Sandiaga Minta Insinyur Bantu Sektor Pariwisata & Ekonomi Kreatif Serta Tingkatkan Peran Perempuan
Sebagai informasi ini merupakan lulusan pertama yang lulus di bulan Agustus 2022 dan selanjutnya menggelar sumpah insinyur yang dilakukan oleh PII sesuai UU Keinsyuran.
"Sebetulnya kita turun dari technopreneur university. Kami mempunyai visi dan misi tentunya mendidik lulusan kami agar berjiwa technopreneur yang harus mandiri, memberi kemanfaat dan juga inovasi. Tiga hal itulah yang ada dalam materi kuliah penyetaraan untuk praktek Keinsyuran," tungkas Krishna Mochtar yang sebagai dosen tetap ITI.
Krishna Mochtar berharap, secara khusus ITI yang dibentuk oleh PII tahun 1983 - 1984, merasakan minat Keinsyuran sangat berkurang dan pada akhirnya konsen untuk mencetak para insinyur untuk Yayasan Teknologi Indonesia yang kemudian ITI ('84).
Kemudian mencetak Sarjana Tehnik PS PPI tentunya juga menambah tenaga insinyur yang dibutuhkan di negeri ini membangun serba teknologi yang memang saat ini belajar tehnik sangat menurun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.