Hadapi Resesi, Kepala BPIP: Nilai Pancasila Akan Menjadi Pendorong Kebangkitan Bangsa
Kepala BPIP Yudian Wahyudi, mengatakan nilai-nilai Pancasila akan membantu bangsa Indonesia bangkit dalam menghadapi resesi ekonomi.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Laporan wartawan Tribunnews.com , Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, mengatakan nilai-nilai Pancasila akan membantu bangsa Indonesia bangkit dalam menghadapi resesi ekonomi.
Yudian mengungkapkan resesi ekonomi diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 mendatang.
"Dalam situasi dunia yang diperkirakan menghadapi jurang resesi dan dilanda kegelapan pada 2023 kita mesti optimis bahwa nilai-nilai Pancasila sejatinya bisa diterapkan oleh semua pihak untuk bisa saling bergotong-royong agar bangkit bersama melewati masa-masa sulit," ujar Yudian dalam Seminar Pancasila 2022 di Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Jakarta, Selasa (18/10/2022).
Dirinya mengatakan perekonomian bangsa menjadi pondasi utama dalam keberlanjutan kehidupan yang menentukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Pancasila, menurut Yudian, memainkan peran vital dalam membangun konsep ekonomi indonesia.
"Saya harapkan terproduksi kembali gagasan-gagasan ekonomi Pancasila, tapi juga teraktualisasikan dalam setiap paket kebijakan pemerintah dan upaya kolaboratif serta elaboratif bagi para pengusaha Indonesia," jelas Yudian.
Baca juga: Dilantik Jokowi, Kepala BPIP Sebut akan Lanjutkan Sosialisasi Pancasila ke Generasi Milenial
Sementara itu, Rektor Unika Atma Jaya, Dr. Agustinus Prasetyantoko mengatakan, ada nilai dalam Pancasila yang sangat jelas, yakni aspek keadilan.
Teknologi membantu perluasan akses bagi generasi muda dan mahasiswa untuk terjun dalam berwirausaha, dan juga di sektor UMKM.
“Dunia pendidikan merupakan komponen penting dalam Ekonomi Pancasila guna mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negara.” kata Prasetyantoko.
Salah satu dialog menarik yang muncul dari mahasiswa tentang crypto currency, yang semakin diminati kalangan generasi muda di dunia.
Dirinya menjelaskan, secara inovasi crypto currency adalah hal yang tidak dapat dielakkan dan memang menarik.
Namun masalahnya crypto currency/cryto asset tidak ada underlying, basisnya, tidak ada institusi resmi yang mengeluarkannya.
"Ini yang perlu dilihat apakah manfaat atau risikonya yang lebih banyak, hal ini yang perlu dipahami lebih lanjut," katanya.
Angkie Yudistia yang merupakan staff khusus Presiden RI menambahkan perlunya generasi muda untuk mengadaptasi hard skill terutama dalam literasi keuangan karena dalam mengelola perhitungan keuangan apapun yang terjadi ke depan kita akan mampu bertahan. (*)