Komisi X DPR Kritik Fun Football PSSI Bersama FIFA: Tidak Peka Atas Tragedi Kanjuruhan
Kritik publik yang deras atas digelarnya 'fun football' petinggi PSSI dan presiden FIFA menunjukkan ketidakpekaan terhadap tragedi Kanjuruhan.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih, menyatakan kritik publik yang deras atas digelarnya 'fun football' yang diikuti petinggi PSSI dan presiden FIFA Selasa (18/20), menunjukkan ketidakpekaan terhadap tragedi kemanusiaan luar biasa di Stadion Kanjuruhan, Malang.
“Alih-alih bersimpati, tapi malah seolah fun terhadap musibah yang baru saja terjadi, inikan tidak masuk dalam logika publik,” kata Abdul Fikri Faqih kepada wartawan, Jumat (21/10/2022).
Legislator PKS ini menyatakan, padahal sudah ada rangkaian narasi yang awalnya dibangun dengan baik oleh istana bersama Presiden FIFA, Gianni Infantino.
Tampil dalam jumpa pers resmi di Istana Negara bersama presiden Joko Widodo, Infantino secara simpatik menyampaikan “deepest symphaty and condolonces” (rasa simpati dan duka mendalam) atas jatuhnya korban jiwa di Kanjuruhan.
“Namun pernyataan tersebut menjadi klise dan sangat kontras, karena hanya berselang beberapa jam setelahnya, para petinggi PSSI bersama Presiden FIFA dan jajarannya bersuka cita dalam ajang ‘fun football,” ujar Fikri.
Menurut Fikri, hal itu wajar dilihat publik sebagai ironi, bagaimana menyampaikan perasaan duka dengan suasana atau kegiatan yang ‘fun’.
"Ya tidak masuk di logika publik, dan saya rasa dimanapun seperti itu," ucapnya.
Fikri menyesalkan, kenapa panitia dan PSSI tidak menggelar kegiatan sosial yang lebih simpatik sesuai dengan pernyataan duka yang disampaikan.
"Jauh lebih simpatik, bila acara digelar dengan mengunjungi TKP stadion kanjuruhan, ziarah ke makam korban, atau membesuk para korban luka berat yang hingga detik ini masih dirawat di RS," ujarnya.
Terlebih, Tragedi Kanjuruhan bisa dikategorikan sebagai salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepakbola dunia, karena ratusan orang menjadi korban atas tragedi berdarah tersebut.
“Saya melihatnya memang tidak pantas ‘merayakan’ tragedi ini dengan cara seperti itu, di tengah kuburan para korban yang belum kering, dan beberapa korban yang masih berjuang untuk hidupnya di RS,” tandas Fikri.