Dubes RI Nyatakan Fikih Peradaban NU sebagai Alternatif Gagasan Global
hajatan besar NU dengan menggelar halaqah Fikih Peradaban di berbagai penjuru Tanah Air merupakan terobosan dan alternatif gagasan global
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, TUNIS - Duta Besar RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi menyampaikan pidato pembukaan dalam Webinar, Fikih Peradaban dan Launching Lazisnu Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU Tunisia), Jumat (21/10/2022) waktu setempat.
Hadir sebagai pembicara, Ulil Abshar Andalla, Ketua Pengurus Pusat Lakspedam NU dan Habib Ali Hasan Bahar, Ketua Lazis-NU.
Dubes Zuhairi Misrawi menyatakan, hajatan besar NU dengan menggelar halaqah Fikih Peradaban di berbagai penjuru Tanah Air merupakan terobosan dan alternatif gagasan global yang dinantikan dunia saat ini.
"Saya menyambut positif dan mendukung inisiatif PCINU Tunisia yang menggelar Webinar Fikih Peradaban ini, karena saat ini PBNU juga mempunyai hajatan besar dengan menggelar halaqah Fikih Peradaban di berbagai penjuru Tanah Air dalam rangka menyambut peringatan Satu Abad NU sekaligus jalan baru dalam menyongsong abad kedua NU."
"Sudah saatnya seluruh kader NU di berbagai penjuru dunia ikut adil menyumbangkan gagasan perihal Fikih Peradaban ini", ujar Dubes RI yang akrab dikenal Cendekiawan NU ini dalam keterangan resminya kepada Tribunnews.com, Sabtu (22/10/2022).
Baca juga: Kala Dubes Zuhairi Misrawi Promosikan Islam Nusantara Berkemajuan di Tunisia
Dubes Zuhairi Misrawi juga menambahkan Tunisia merupakan salah satu pusat peradaban dunia yang di dalamnya tumbuh subur gagasan tentang bagaimana umat Islam mampu membangun peradaban.
"Tunisia mempunyai peradaban besar sejak Carthage, Romawi hingga peradaban Islam dan peradaban Tunisia modern."
"Tidak hanya itu saja, gagasan peradaban juga sangat kaya dari para pemikir besar, di antaranya yang klasik yaitu Ibnu Khaldun dalam karya besarnya al-Muqaddimah dan Muhammad Haddad dalam bukunya al-Islam wa al-Hadatsah", ujar Dubes RI kelahiran Sumenep Madura ini.
"Ibnu Khaldun menegaskan dalam membangun peradaban diperlukan akomodasi atas tradisi dan sejarah, budaya damai, dan menegakkan keadilan sosial. Sedangkan Muhammad Haddad menyebutkan agar umat Islam merumuskan kembali gagasan politik, menyusun strategi, dan menjadikan Islam sebagai jalan bagi peradaban baru," pungkasnya.(*)