Pertemuan G20 Dinilai Sebagai Momentum Presiden RI Jadikan Indonesia Negara Besar
Menurut Solissa, forum KTT G20 menjadi momentum tepat bagi Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) untuk mengambil peran.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti senior Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) AB Solissa mengatakan, pertemuan para pemimpin negara di acara KTT G20 di Bali, November 2022 nanti menjadi dorongan bagi tercipta perdamaian dunia.
“Perang yang melanda Rusia dan Ukraina serta ancaman resesi ekonomi yang diprediksi bakal terjadi di tahun depan haruslah disikapi secara bersama oleh semua pemimpin negara G20,” kata Solissa dalam keterangannya, Minggu (30/10/2022).
Menurut Solissa, forum KTT G20 menjadi momentum tepat bagi Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) untuk mengambil peran untuk menyelesaikan berbagai masalah yang sedang dihadapi negara-negara keanggotaan G20.
“Presiden Jokowi bisa mengambil positioning untuk mendamaikan dunia di Forum G20 dan hal yang wajar yang patut diapresiasi. Sebagai pemimpin G20, Jokowi punya tanggungjawab besar untuk merekonsolidasi kekuatan G20 agar sama-sama bisa urung tangan menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi oleh banyak negara,” ujarnya.
Baca juga: Pulihkan Ekonomi di Bali, Dukungan Masyarakat Diperlukan Demi Kelancaran KTT G20
Dikatakan Direktur Executive Partner Politik Indonesia itu, satu di antara keuntungan Indonesia dalam forum global ini adalah menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, di mana Indonesia tidak berpihak pada salah satu blok manapun, hingga momentum ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menunjukkan kekuatan Indonesia di mata dunia.
“Ini momentum yang baik bagi Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar di kancah global. Peran penting ini harus bisa dimanfaatkan oleh Jokowi, agar G20 besok di Bali bisa menjadi sejarah baru bagi Indonesia, bisa menjadi rekonsiliator bagi terbangunnya perdamaian dunia sebagaimana harapan semua negara,” ujarnya.
Lebih lanjut, Solissa mengatakan jika Presiden Jokowi berhasil mendamaikan negara-negara berkonflik seperti Rusia-Ukraina dan negara-negara barat, maka dirinya akan mencatatkan sejarah baru di dunia dan hal tersebut akan dikenang oleh seluruh dunia.
“Benefit lainnya adalah, Jokowi akan dikenang sebagai bapak perdamaian dunia. Kelasnya akan sama dengan Soekarno dulu di masa-masa perang dingin yang melibatkan blok barat dan blok timur,” katanya.
“Menurut saya ini legacy besar yang bisa ditinggalkan oleh Jokowi setelah dirinya tak lagi menjabat sebagai presiden,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan banyak pemimpin negara belakangan meminta tolong kepada Presiden Jokowi untuk mendukung pemulihan perdamaian dunia di tengah momentum pergelaran KTT G20 di Bali pada pertengahan November 2022.
“Presiden ini dihormati orang. G20 nanti akan terjadi banyak orang yang minta tolong kepada Presiden Jokowi untuk perdamaian dunia,” kata Luhut kemarin.
Sebagian besar negara maju itu, kata Luhut, belakangan telah mengirimkan utusannya ke Indonesia untuk merancang beberapa keputusan penting untuk mencari jalan keluar atas perang yang masih berlanjut antara Rusia dan Ukraina hingga saat ini.