Media Asing Soroti Komitmen Perusahaan Soal Penanganan Limbah Plastik
beberapa global brand yang melanggar komitmen limbah plastik. DW menyoroti komitmen dan tagline ramah lingkungan dari perusahaan tersebut
Penulis: Muhammad Fitrah Habibullah
Editor: Vincentius Haru Pamungkas
“Daur ulang di Indonesia sangat rendah, bahkan di dunia pun sangat rendah. Selain plastik yang digunakan sangat beragam, masyarakat sendiri tidak pernah melakukan pemilahan langsung dari sumbernya,” ujar Wawan.
Wawan menambahkan bahwa ketika sampah plastik segala jenis bercampur, maka diperlukan biaya yang sangat besar untuk pengolahannya.
“Sentra-sentra daur ulang pun hanya di titik-titik tertentu,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia mengatakan bahwa pihaknya akan menggunakan sebanyak mungkin kemasan bahan daur ulang (dari plastik jenis PET).
Karyanto juga menyatakan target yang sama dengan kantor pusat Danone Prancis, yakni penggunaan 50% botol PET hasil daur ulang untuk AMDK Danone-Aqua pada 2025 di Indonesia.
“Kami harus berinovasi dan harus mengerti kebutuhan konsumen,” kata Karyanto. “Kami harus transparan dan terbuka pada konsumen, untuk menyampaikan opsi yang memang lebih baik untuk kesehatan dan lingkungan kita.”
Meski begitu, perhatian khusus tetap tertuju pada produk galon polikarbonat (PC) milik Danone-Aqua dan perusahaan AMDK lain yang mengandung bahan kimia Bisphenol A (BPA), tentunya hal ini menyangkut kepedulian terhadap kesehatan konsumen.
Merespon hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah mengeluarkan rencana regulasi untuk pelabelan galon guna ulang polikarbonat, dengan label “Berisiko Mengandung BPA”.
Hal ini perlu dilakukan untuk memperingatkan konsumen terkait bahan kimia BPA yang bisa membahayakan pada kemasan galon guna ulang polikarbonat. Tak sendirian, BPOM RI mencontoh banyak negara untuk regulasi dan pengetatan BPA ini.
Senada dengan BPOM, Zainal Abidin dari Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Fakultas Teknologi Industri, ITB, dalam webinar yang sama juga menyatakan perlunya ada peringatan pada kemasan galon.
“Paparan sinar matahari akan merusak kimia dari galon itu sendiri, dan proses kerusakannya bisa melarutkan bahan-bahan kimia yang membahayakan air yang ada di dalamya,” kata Zainal Abidin.
Zainal Abidin juga menekankan perlunya ada anjuran dari produsen terkait petunjuk penyimpanan galon guna ulang.
“Saran saya, harus ada anjuran yang tegas dari produsen, agar (galon guna ulang) disimpan di tempat yang tidak terpapar sinar matahari langsung, dan di tempat yang teduh,” tutupnya.