Nurul Arifin: Industri Pertahanan Nasional Harus Membuat Indonesia Disegani Negara Lain
Anggota Komisi I DPR RI Nurul Arifin, menilai bahwa perkembangan industri pertahanan dalam negeri terus membaik.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Komisi I DPR RI Nurul Arifin, menilai bahwa perkembangan industri pertahanan dalam negeri terus membaik.
Ini dapat disaksikan dalam pameran pertahanan nasional Indo Defence 2022, di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ada 30 negara yg ikut dalam pameran ini dan 900 industri pertahanan dalam dan luar negeri.
“Saya melihat sudah ada perkembangan yang signifikan setelah pemerintah memberikan ruang yang lebih banyak kepada BUMN dan sektor swasta dalam industri pertahanan kita,” kata Nurul saat mengunjungi Indo Defence 2022, Kamis (3/11/2022).
Nurul juga mengungkapkan bahwa ia menyambut baik perintah Presiden Joko Widodo kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk bekerja sama dengan perusahaan dan industri pertahanan dari negara lain.
“Selain untuk transfer dan adopsi teknologi, saya yakin kerja sama itu juga akan menciptakan kemandirian kita dalam menyediakan persenjataan untuk TNI. Dari sisi anggaran pun juga semakin ringan,” kata Nurul.
Menurut anggota Fraksi Partai Golkar ini, contoh kerja sama seperti pembuatan kapal selam dengan Korea Selatan dan pembuatan Tank Harimau dengan Turki layak untuk terus dilanjutkan dan dikembangkan.
“Saat ini negara-negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kapasitas power alutsista mereka, salah satunya diimplementasikan melalui kemandirian pertahanan. Indonesia pun harus melakukan hal itu,” kata Nurul
Namun dalam melengkapi dan modernisasi alutsista ini, menurut Nurul, bukan ditujukan untuk perlombaan senjata, melainkan untuk memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.
Selain itu, kerja sama pertahanan dengan negara lain, terutama dalam pembuatan alutsista diperlukan untuk mengantisipasi kondisi keamanan global.
“Apalagi jika melihat berbagai ketegangan di Eropa Timur dan Asia Pasifik yang memerlukan perhatian kita,” ucap Nurul.
Modernisasi pertahanan ini, tidak berarti Indonesia harus ikut-ikutan mengembangkan senjata nuklir.
“Kita bukan negara aggressor yang perlu menggentarkan negara lain dengan persenjataan, seperti nuklir. Namun kita harus memperkuat pertahanan sendiri agar tetap disegani oleh negara-negara lain,” ungkap Nurul
Oleh karena penguatan dan modernisasi pertahanan menjadi sebuah keharusan. Bukan hanya pertahanan senjata konvensional saja, namun Nurul juga melihat pertahanan sistem digital Indonesia juga harus diperkuat.(*)