Jaga Warisan Batik, Indihome Dukung Digitalisasi Kampoeng Batik Laweyan
Laweyan tidak hanya dikenal sebagai pusat batik tertua di Indonesia saja, tapi juga produk dari pengrajin batik di sana dapat di ekspor ke berbagai ko
Penulis: Vincentius Haru Pamungkas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri Batik Indonesia telah mengalami pasang surut selama eksis di dunia fashion nusantara. Meski sempat booming dan go international, budaya adiluhung bangsa Indonesia ini juga sempat mengalami disrupsi karena kehadiran tekstil bermotif batik atau batik printing.
Hal ini juga dialami sentra batik Laweyan di Surakarta, Jawa Tengah. Tepatnya di tahun 1970-an banyak produsen batik di Laweyan yang berguguran karena kehadiran batik printing. Puncaknya pada tahun 2000-an, hanya menyisakan belasan pengrajin batik.
Melihat kondisi tersebut pemilik Batik Mahkota Laweyan Alpha Febela Priyatmono bersama juragan batik dan tokoh masyarakat Laweyan menginisiasi lahirnya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). Dari sinilah Laweyan perlahan kembali bangkit dengan konsep desa wisata batik.
“Kami menjalin sinergi dengan berbagai pihak untuk menggeliatkan kembali warisan adiluhung batik di Laweyan. Termasuk menjalin sinergi dengan IndiHome yang memiliki peran strategis dalam mendukung proses digitalisasi Kampoeng Batik Laweyan,” jelas Alpha dalam keterangan tertulis, Selasa (8/11/2022).
Menurut Alpha, target dari Laweyan tidak hanya dikenal sebagai pusat batik tertua di Indonesia saja, tapi juga produk dari pengrajin batik di sana dapat di ekspor ke berbagai kota di luar negeri. Hingga saat ini beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Singapura sudah dipasok dari Laweyan.
Budaya membatik di Laweyan sendiri memang telah turun temurun sejak tahun 1546 atau pada masa kerajaan Pajang. Di wilayah seluas 24, 5 hektar tersebut, para perajin dengan ciri khas batik tulis dengan pewarna alami mulai berkembang dengan pesat dan menjadi destinasi penghasil batik tertua di Indonesia.
“Lebih dari itu, kami sedang mengupayakan proses Laweyan sebagai pusat batik yang ramah lingkungan. Goalsnya, Solo menjadi rujukan green batik atau sebagai kota batik ramah lingkungan dunia,” tutur Alpha.
Agar lebih menggeliat, setiap tahunnya diadakan ragam kegiatan seni dan budaya yang melibatkan masyarakat luas. Seperti pagelaran wayang, pentas musik keroncong hingga kelas membatik untuk generasi milenial. Biasanya kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan September akhir dengan puncak acara pada hari batik nasional setiap tanggal 2 Oktober.
“Khusus tahun ini, agenda tahunan kami geser untuk menyambut peresmian Kampung Digital Laweyan by IndiHome,” ujar Ketua IT Kampung Batik Laweyan Arief Budiman Effendi.
Arief mengaku peran internet bagi warga Laweyan sangat dibutuhkan untuk mengenalkan dan memasarkan produk batik lebih luas secara digital. Apalagi ada sinergi bersama Telkom Indonesia, Arief mengharapkan proses digitalisasi dari pelaku usaha di Laweyan semakin meningkat.
Sinergi tersebut diwujudkan melalui dukungan Kampung Digital Laweyan by IndiHome. Harapannya, peran IndiHome di Laweyan semakin dapat meningkatkan kemampuan atau skill warga di bidang digital marketing dan literasi keuangan.
Salah satu kegiatan yang menjadi daya tarik Kampung Digital Laweyan by IndiHome adalah IndiClass Digital Marketing, yaitu pelatihan kelas digital marketing untuk membantu pemasaran produk digital bagi pelaku usaha dan pengrajin batik di Laweyan.
Dukungan IndiHome sebagai #InternetnyaIndonesia di Kampoeng Batik Laweyan sangat penting dalam mengakselerasi digitalisasi industri batik dan meningkatkan sektor wisaya Laweyan yang berkelanjutan.